top of page

Blood Promise (Vampire Academy, #4)

Writer's picture: Delvirah SabatiniDelvirah Sabatini

Judul: Blood Promise Penulis: Richelle Mead Penerbit: Razorbill Publikasi: 25 Agustus 2009 Tebal: 503 halaman


I know how devastated you must be to miss me, but leave a message, and I'll try to ease your agony.

Ada beberapa hal yang nggak gue sukai dari tulisan dan karakter Richelle, tapi gue harus menghargai apa yang telah dia lakukan di akhir Shadow Kiss. Itu adalah resiko yang jarang banget gue lihat diambil para penulis YA dan, untuk itu, hats off to her!


Blood Promise dibuka oleh Rose yang sudah tiba di Rusia. Atau Siberia. Aduh, pokoknya mengarah ke hometown-nya Dimitri, deh. Tapi dia nggak tahu apa nama kota kecil tersebut, jadilah dia menyelinap di sebuah nightclub yang sering disambangi Moroi. Pikirannya, kalau ada yang tahu kota kecil yang dipenuhi Dhampir, pastilah kaum laki-laki Moroi.


Akan tetapi, yang membantu Rose bukanlah Moroi, apalagi cowok. Namanya Sydney, seorang cewek manusia yang tergabung dalam ikatan The Alchemists. Mereka adalah kelompok manusia yang terikat kontrak dengan Moroi untuk menjaga agar manusia dan vampir terjaga dalam komunitas masing-masing. Berdasarkan perintah bosnya, Sydney diharuskan menemani Rose ke Baia, hometown Dimitri. Namun, di tengah perjalanan, mereka diserang oleh Strigoi. Rose hampir saja tidak selamat. Ketika sadar, Rose terkejut mendapati dirinya berada di rumah keluarga Dimitri.


Selama berada di Baia, Rose menjadi akrab dengan keluarga Dimitri. Bahkan Yeva, nenek Dimitri, mengajaknya bertemu dengan pengguna spirit lainnya yang juga memiliki ikatan seperti dirinya dan Lissa. Mark dan Oksana adalah pasangan suami-istri Dhampir/Moroi. Sama seperti Rose, Mark pun diselamatkan dari maut oleh Oksana, membuatnya shadow-kissed. Mark menasihati Rose untuk menghentikan upaya berbahaya apapun itu yang membawanya sampai ke Rusia. Pada saat yang bersamaan, Rose bertemu dengan Abe Mazur, pria tua yang membawanya ke rumah Dimitri. Abe mengonfrontasi Rose dan memerintahkannya untuk kembali ke St Vladimir's kalau tidak mau hal buruk terjadi padanya.


Di Academy, Headmistress Kirkova digantikan oleh Lord Lazar. Bersamanya, ia membawa dua anaknya, Avery dan Reed, juga Guardian mereka, Simon. Walau awalnya mencurigai Avery sebagai mata-mata Tatiana, lama kelamaan Lissa mulai akrab dengannya, demikian juga Christian dan Adrian. Akan tetapi, ketiadaan Rose membawa efek negatif bagi Lissa. Segera saja, Rose mengalami kekhawatiran kegelapan spirit akan mengganggu mental Lissa, seperti pada buku pertama.


Sementara itu, Rose akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan sekelompok Dhampir yang belum menerima tato Guardian mereka ke Novosibirsk. Tujuan mereka adalah untuk membunuh Strigoi sebanyak mungkin, dengan Rose memiliki agenda khusus yang berkaitan dengan Dimitri. Namun, ketika rencananya berhasil, siapkah Rose untuk bertemu dengan Dimitri sebagai Strigoi?


EGGLYSIS

Gue akan mulai dengan menjelaskan hal-hal yang kurang berkenan di buku ini. Yang paling obvious, adalah kebanyakan flashback. Flashback di sini dibagi dua, ada yang emang udah dijelasin di buku-buku sebelumnya, ada juga yang nggak pernah ada. Kita bahas jenis flashback yang kedua dulu. Walaupun refreshing membaca beberapa adegan baru yang nggak pernah kita ketahui sebelumnya, lama kelamaan gue kok ngerasa Richelle nggak merencanakan plotnya dengan baik. Satu-dua kali mungkin nggak masalah, tapi kalo keseringan? Which is sad, because if there's one thing Richelle excels at, it's plot devicing. Kalau jenis flashback yang pertama, ini sebenarnya udah obvious mulai dari Frostbite. Again, walau awalnya terasa refreshing taking a turn down the memory lane gitu, kalo keseringan jadinya repetitif. Dan ngebosenin. Ada beberapa bagian yang gue bisa skim sehalaman penuh.


Ada juga beberapa hal yang jadi keluhan para pengguna di Goodreads, tapi buat gue pribadi nggak masalah. Pertama, kebanyakan karakter baru yang dikenalkan tanpa jelas tujuannya apa. Kedua, Rose yang bisa berkali-kali mengunjungi Lissa melalui bond mereka -- rasanya seperti pemanfaatan plot supaya masih bisa memantau kondisi di St Vladimir's, walaupun konfliknya sebenarnya nggak penting.


Well, sampai sini gue nggak setuju, guys. Untuk yang pertama, wajar kalau Rose ketemu banyak karakter baru karena, let's face it, dia keluar dari St Vladimir's ke tempat asing. Masa ngarepin yang nongol bakal Lissa lagi, Christian lagi, Adrian lagi. Itu baru nggak masuk akal. Besides, I found it refreshing. Dan entah kenapa gue dapet feelings Richelle sebenernya punya ide lain untuk karakter-karakter ini in the future (yang dibuktikan oleh adanya spin-off Vampire Academy, Bloodlines). Kalau untuk yang kedua, walaupun gue ngerti keluhannya, tapi gue sih nggak mempermasalahkan. Mungkin banyak orang yang nggak suka Lissa karena, menurut mereka, dia whiny dan terlalu soft. Guys, dia keluarga kerajaan. What do you expect? Gue nggak suka Rose karena dia silly brat who goes wild when things don't go her way dan punya pemikiran yang sexed-up banget. Tapi gue nggak menyangkal fakta kalo she's funny and has awesome comebacks. Dan satu hal yang gue appreciate lagi dari Richelle, di buku ini, Rose jauh lebih bertanggung jawab dan dewasa daripada sebelumnya. Talk about character growth!


Gue sebenarnya sempat mengharapkan buku ini berakhir 2 halaman sebelum halaman terakhirnya, but, oh well. Walaupun mengambil resiko yang keren banget, gue rasa Richelle terlalu menyayangi karakter utamanya.


Overall, Blood Promise...



Click here to read the review in English.



2 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentários


  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Thanks for subscribing!

© 2020 by Egg & Co. Proudly created with Wix.com

bottom of page