top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

City of Fallen Angels (The Mortal Instruments, #4)


Judul: City of Fallen Angels (The Mortal Instruments, #4) Penulis: Cassandra Clare Penerbit: Margaret K. McElderry Publikasi: 5 April 2011 Tebal: 432 halaman


Hearts are breakable. And I think even when you heal, you're never what you were before.

"Tunggu, kok gue ada disini?" "Nggak, nggak, nggak, The Mortal Instruments tuh trilogi. Cuma sampai buku ketiga." "Baca City of Glass nggak, sih? Itu ceritanya udah tuntas semua!" *celingukan* "....ini buku apa?"


*le sigh*

Kalau itu yang ada di pikiran kalian waktu melihat judul review ini, tenang, kalian sepikiran sama gue. Dan, ya, untuk menjawab pertanyaan di atas, City of Fallen Angels memang merupakan buku keempat dari seri The Mortal Instruments yang tadinya dirancang sebagai trilogi. Menurut pengakuan Clare, dia sengaja membiarkan beberapa plot menggantung karena dia mempersiapkan materi novel grafik yang akan menjadi konklusi seri ini. Kemudian, karena novel grafik ini nggak terwujud, dan tiba-tiba saja Miss Clare mendapat pencerahan, diapun memutuskan untuk melanjutkan seri The Mortal Instruments dengan bukan satu buku, bukan juga dua buku, melainkan trilogi baru, saudara-saudara! *facepalm*


Alih-alih di dalam kepala Clary, kali ini cerita kita dinarasikan oleh Simon, walau sekali-sekali Clary masih nyempil. Dikisahkan Simon sedang beradaptasi dengan kodratnya sebagai vampir yang memiliki Mark of Cain di jidadnya. Di awal cerita, Simon mendapat tawaran dari seorang vampir tua bernama Camille. Camille mengaku sebagai pimpinan dari kelompok vampir di New York, sebelum kedudukannya disabotase oleh Raphael. Ia mengetahui akan tanda di kening Simon dan kekuatan yang dimilikinya sehingga ia menginginkan Simon untuk berada di sisinya sementara ia berusaha merebut kembali kekuasaannya. Simon mengelak dengan dalih hendak pikir-pikir lagi, dan ia diberi waktu beberapa hari oleh Camille.


Sementara itu, hubungan Clary dan Jace berjalan normal -- well, cukup normal. Clary mulai menjalani latihan yang mempersiapkannya sebagai Shadowhunter, di bawah bimbingan Jace dan keluarga Lightwood. Namun sesuatu mengganggu pikiran Clary. Jace mulai bertingkah aneh; ia menjadi lebih pendiam, penyendiri, dan tertutup. Sering ia memutuskan untuk menghindari Clary. Yang tidak disadari Clary adalah itu disebabkan oleh suatu kekuatan gelap lain yang lebih jahat dan berbahaya daripada Valentine.


EGGLYSIS

Kaget sinopsisnya segitu doang? Itu adalah cara terbaik gue menjelaskan sinopsis novel ini. Tiap kali ditanya jalan ceritanya apa tanpa mengungkapkan spoiler dan uneg-uneg gue, rasanya susah, bruh. Plot yang nggak jelas dan sangat, sangat lemah, ditambah Clary yang alih-alih jadi sedikit berguna justru masih nggak ada bedanya dari karakter Mary Sue-nya di buku pertama (kecuali kemampuan bikin rune-nya.. yeah), dan kebanyakan adegan make out bikin gue pengen jedotin kepala ke tembok saking frustrasinya.


Intinya, buku ini adalah saat hormon libido Clary dan Jace mengambil alih di tengah ke-angsty-an hubungan percintaan remaja. Kurang bablas adegan seks aja, udah deh mirip Fifty Shades of Grey.


Overall, City of Fallen Angels...



Click here to read the review in English.



0 views0 comments

Comments


bottom of page