top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Dangerous Women

Updated: Jun 29, 2020


Judul: Dangerous Women Editor: George R. R. Martin & Gardner Dozois Penerbit: Tor Books Publikasi: 3 Desember 2013 Tebal: 784 halaman


A woman could be strong without having the emotions of a brick.

-- Brandon Sanderson, Shadows for Silence in the Forests of Hell


Review kali ini akan sedikit berbeda dari biasanya karena Dangerous Women bukanlah sebuah novel, melainkan sebuah antologi. Mengusung nama besar George R. R. Martin (seriously, lihat aja cover-nya), Dangerous Women merupakan cross-genre anthology, yang berarti bahwa cerita-cerita di dalam buku ini terdiri dari genre yang beragam -- beberapa di antaranya adalah epic fantasy, urban fantasy, science fiction, dystopia, dan historical fiction. Sebagian merupakan spin-off dari kisah berseri terkenal (seperti A Song of Ice and Fire, Outlander, dan Dresden Files), sebagian merupakan hasil karya orisinil. Lalu apa yang membuat cerita-cerita ini layak digabungkan dalam satu buku besar, tebal, dan sehat ini? Lihat saja judul antologi ini: dangerous women. Femme fatale. Wanita-wanita berbahaya. Bagaimanapun kalian menerjemahkannya, intinya sama: setiap kisah di dalam antologi ini memiliki minimal satu orang wanita berbahaya -- sebagian berbahaya dalam arti sebenarnya (kalian lebih baik nggak dekat-dekat mereka), sebagiannya lagi karena mereka memiliki alasan yang kuat di baliknya.

Dangerous Women terdiri dari 21 cerita dari 21 penulis dengan latar belakang genre yang berbeda.


Baiklah, tanpa menunda lebih lanjut lagi, review kita dimulai!

  1. Some Desperado oleh Joe Abercrombie Some Desperado adalah kisah spin-off dari novel berseri best seller karya Abercrombie, yaitu Red Country. Disini dikisahkan Shy, tokoh utamanya sedang dikejar oleh tiga bandit. Uniknya, awalnya Shy bekerjasama dengan tiga bandit berbahaya ini dalam merampok bank, namun kemudian ia kabur dengan membawa uang hasil rampokan mereka. EGGLYSIS: Gue suka banget cara Abercrombie nulis. Walaupun ini dunia yang asing, tapi ia bisa membuat kita bersimpati pada Shy.

  2. My Heart is Either Broken oleh Megan Abbott Kisah yang cukup disturbing tentang seorang ibu yang anaknya diculik tepat di bawah hidungnya (atau di belakang punggungnya mungkin metafora yang lebih tepat :P ). Media mengeksposnya secara besar-besaran karena caranya dalam meng-handle rasa duka dan kegalauannya akibat kepergian anaknya yang tidak biasanya. Suaminya, yang sangat memahami istrinya, senantiasa mendukungnya. Namun ketika suatu kebenaran yang selama ini senantiasa disimpan dengan rapat oleh si istri agar tidak menyakiti suaminya terungkap ke permukaan, si suami pun mulai meragukan istrinya. EGGLYSIS: Cara penuturan Abbott yang nggak blak-blakan, namun dengan rapi menyusun setiap konflik dan rahasia di dalam setiap untaian kalimatnya membuat cerita ini menghantui kalian.

  3. Nora's Song oleh Cecelia Holland Kisah fiksi sejarah yang menceritakan tentang Raja Henry II dan ratunya, Eleanor of Aquitane. Eleanor tercatat sebagai salah satu wanita terkuat dalam kancah politik abad pertengahan. Ia dan Henry memiliki 8 orang anak -- lima putra dan tiga putri. Tak suka akan pemerintahan Henry, ia dan anak-anaknya bangkit untuk menggulingkan sang raja dari takhtanya. Kita mendapat kehormatan mengamati semuanya dari sudut pandang salah satu putri Eleanor yang diberi nama sesuai dengan namanya sendiri dan biasa dipanggil Nora. EGGLYSIS: Historical fiction adalah genre favorit gue, jadi kalian bisa bayangkan betapa senangnya gue waktu membaca cerita ini. Yang bikin bete adalah ketika ceritanya baru mau mulai seru, tiba-tiba udah selesai. NGGAK TERAMPUNKAN!!!

  4. The Hands That are Not There oleh Melinda Snodgrass Sebuah kisah science fiction/dystopia di dunia dimana alien dan manusia hidup berbaur. Namun salah satu ras alien yang berbahaya, Cara, tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa jejak. Tampaknya tidak banyak yang ambil pusing akan kenyataan ini. Namun ketika seorang pria tua menuturkan kisah menggegerkan tentang kemungkinan infiltrasi dari ras alien tersebut ke dalam pemerintahan manusia kepada seorang pemuda yang sedang galau akibat penolakan di sebuah bar, akankah ada yang percaya? EGGLYSIS: Awal baca, gue kira ini spin-off dari novel berseri yang sudah ada. Ternyata enggak! Dan gue sungguh berharap Snodgrass akan melanjutkannya jadi sebuah novel berseri. Gue akan berdiri di barisan paling depan pastinya. :D

  5. Bombshells oleh Jim Butcher Spin-off dari novel berseri terkenal karya Jim Butcher, Dresden Files, Bombshells mengisahkan tentang Molly, anak didik Harry, yang harus menggantikan peran mentornya sebagai penyihir terkuat di dunia modern setelah kematiannya. Ketika Justine, sahabatnya yang seorang vampir, datang dan menceritakan tentang pacarnya yang hilang dalam sebuah misi berbahaya dengan sekelompok ras gaib, Molly dan Andi (sahabatnya yang seorang manusia serigala) segera menyusun rencana untuk menyelamatkannya. EGGLYSIS: Walau terlihat seperti kisah girl power yang sangat umum, tapi cara Butcher menulis dan selipan-selipan humornya bikin gue suka banget sama cerita ini.

  6. Raisa Stepanova oleh Carrie Vaughn Raisa Stepanova adalah seorang pilot wanita Rusia yang berperang untuk negaranya dalam Perang Dunia II. Ia dan para pilot wanita lain -- wanita, yang pada umumnya bersembunyi dan berusaha mencari keamanan dalam perang -- berdiri di garda depan peperangan setiap harinya untuk membela negaranya dari invasi musuh. Namun ketika abang tersayangnya dinyatakan hilang dan kemungkinan dinyatakan sebagai pengkhianat, apakah yang akan Raisa lakukan untuk mengembalikan kehormatan keluarganya? EGGLYSIS: Dude, ini historical fiction. 'Nuff said.

  7. Wrestling Jesus oleh Joe R. Lansdale Seorang remaja laki-laki lemah yang baru pindah ke lingkungan baru dan sering di-bully oleh teman sekolahnya diselamatkan berkali-kali oleh seorang pria tua renta. Jangan terkecoh dengan penampilannya -- pria tua renta yang disapa X-Man ini merupakan seorang mantan pegulat dan bahkan sampai hari senjanya masih merupakan pegulat yang handal. Setiap tahun, ia dan sahabatnya yang juga seorang pegulat, Jesus, bergulat demi memperebutkan hak kepemilikan cinta dari seorang wanita yang selama berdekade-dekade membuat mereka buta karena cinta. EGGLYSIS: Bukan jenis cerita yang gue suka, tapi pesannya okelah.

  8. Neighbors oleh Megan Lindholm Seorang wanita tua bernama Sarah hidup sendiri bersama anjing beagle tua kesayangannya. Suatu hari, tetangganya yang mengidap penyakit Alzheimer's muncul di depan pagar rumahnya dan mengajaknya untuk ikut pergi bersamanya. Sarah, yang awalnya menyangka itu hanyalah satu dari sekian banyak episode Alzheimer's-nya, terkejut ketika mendapati bahwa tetangganya itu ternyata menghilang tanpa jejak. Pencarian dilakukan berulang kali tanpa hasil sedikitpun. Namun suatu dunia yang dapat diamati Sarah dari balik jendela rumahnya mungkin menyimpan jawaban dari misteri ini. EGGLYSIS: Cerita ini berawal sangat lambat, sampai gue sempat berniat sangat jahat memberi rating jelek. Tapi kalau dipikir lagi, kisah ini adalah tentang seorang wanita tua -- tentu saja temponya lambat. Gue suka banget cara Lindholm menggambarkan ketakutan seorang tua dan segala paranoianya.

  9. I Know How to Pick 'Em oleh Lawrence Block Cerita yang gue paling nggak suka. Diambil dari sudut pandang seorang pria yang didekati seorang wanita cantik di bar. Pertemuan mereka kemudian berakhir di sebuah kamar hotel terlantar. Si wanita menceritakan kisah hidupnya: suami yang tak dicintainya, pernikahan yang menyiksa batinnya, dan berujung pada si pria mengambil kesimpulan bahwa di balik segala isak tangis dan keluhannya, si wanita memintanya untuk membunuh suaminya. Sayangnya, wanita itu tidak tahu bahwa pria ini jauh lebih berbahaya dari dirinya. EGGLYSIS: Sampai sekarang gue nggak ngerti maksud dari cerita ini apa.

  10. Shadows for Silence in the Forests of Hell oleh Brandon Sanderson Seorang wanita bernama Silence, anaknya, dan keponakannya tinggal di perbatasan Forest. Pemilik penginapan, ia percaya bahwa ia dilindungi oleh karena darah yang mengalir di dalam dirinya dari bahaya yang mengincar di kedalaman Forest. Bayangan-bayangan (shadows) tinggal di kedalaman Forest dan mengancam setiap orang yang melintas. Sedikit keributan maupun api akan memancing kehadiran mereka; setetes darah akan membangkitkan kemurkaan mereka dan mereka akan menuntut balas -- nyawa untuk nyawa. Ketika para pembunuh keluarga keponakannya datang di penginapannya, Silence mendapati dirinya berada dalam persimpangan. Haruskah ia menuntut balas? EGGLYSIS: GUE BUTUH LEBIH BANYAK BUKU BRANDON SANDERSON TENTANG DUNIA FIKSI INI.

  11. A Queen in Exile oleh Sharon Kay Penman Satu lagi kisah fiksi sejarah *gosok-gosok tangan*. Constance de Hauteville dinikahkan menikah dengan Raja Heinrich dari Jerman. Selama hampir (atau lebih?) dari satu dekade pernikahan mereka tidak menghasilkan anak. Suatu hari, Constance menerima kabar bahwa saudara sepupunya, yang merupakan Raja Sisilia, meninggal. Tiba-tiba saja kewajiban untuk memimpin Sisilia jatuh ke tangannya. Namun dengan suami yang merupakan raja Jerman dan rakyat Sisilia yang lebih memilih saudaranya yang merupakan hasil pernikahan di luar nikah, apa yang harus ia lakukan? EGGLYSIS: Historical fiction. Perlu gue jelaskan lebih lanjut?

  12. The Girl in the Mirror oleh Lev Grossman Spin-off dari novel berseri karangan Grossman yang berjudul The Magicians tentang prank went wrong. Sekelompok gadis dari sekolah-asrama penyihir, Brakesbill, merencanakan sebuah prank untuk membuat kapok teman sekelas mereka. Di luar dugaan mereka, rencana mereka berujung pada akhir yang hampir saja berujung naas. EGGLYSIS: Gue belum pernah baca The Magicians dan gue tahu banyak yang ngefans banget sama seri itu. Tapi kalau kalian tanya pendapat gue yang paling jujur dan paling jahat, kisah ini nggak lebih dari sebuah spin-off murahan (yep) dari Harry Potter. Gue heran cerita kayak gini bisa diterbitkan dan populer, alih-alih berakhir di salah satu situs fanfiction. Selain dari itu, gue nggak mengerti relevansi dari endingnya. Kalau kita harus merasakan teror, tapi gue nggak dapet feel-nya sama sekali.

  13. Second Arabesque, Very Slowly oleh Nancy Kress Satu lagi kisah dystopia tentang sebuah dunia di masa depan dimana semua keindahan sudah lama lenyap. Manusia hidup bergerombol dalam satu pak dan nomaden. Wanita sangat sedikit jumlahnya, sehingga mereka diwajibkan tidur dengan setiap pria dalam rombongan pak mereka. Namun ketika mereka menemukan keindahan dari dunia yang telah lama hilang, sanggupkah mereka korbankan segalanya? EGGLYSIS: Kress sanggup memadukan kegetiran dan kekelaman dunia masa depan dengan keindahan dunia yang telah lama hilang -- which is, masa kini. Sanggup membuat kita menghargai kehidupan kita dengan lebih baik lagi.

  14. City Lazarus oleh Diana Rowland Kisah dystopia ini mengambil setting di New Orleans. Sungai Mississippi sudah tidak ada lagi dan masyarakat hidup di bawah sistem pemerintahan yang sangat korup. Seorang detektif (brengsek) terlibat dalam suatu kasus pembunuhan misterius dan seorang wanita yang tak kalah misteriusnya. EGGLYSIS: Meh.

  15. Virgins oleh Diana Gabaldon Spin-off lagi, yayy! Mirip seperti Bombshells, Shadows for Silence in the Forests of Hell, dan The Princess and the Queen (IYA DONG GUE BACA ITU DULUAN :D :P), Virgins bisa dikategorikan novella alih-alih cerpen. Kisah ini adalah tentang Jamie Fraser, karakter utama novel fiksi sejarah romantis Outlander karya Gabaldon, saat ia masih muda dengan BFF-nya, Ian. Diberi tugas untuk mengawal sebuah dokumen Yahudi penting dan cucu dari seorang profesor ternama Yahudi, mereka mendapati diri dalam masalah ketika yang harus mereka jaga itu tiba-tiba hilang. EGGLYSIS: OKEH MIRIP KAYAK BRANDON SANDERSON GUE HARUS BACA OUTLANDER LYK SERIOUSLY!!!!

  16. Hell Hath No Fury oleh Sherilynn Kenyon Kali ini genre yang cukup beda dari yang lain: horor. Sekelompok remaja mencoba peruntungan mereka menemukan harta karun dari masa lampau, namun dengan resiko membangkitkan amarah arwah yang tidak pernah tenang di tempat itu. EGGLYSIS: Simpel. Terlalu simpel dan nggak ada kedalaman baik dari segi karakter maupun plot.

  17. Pronouncing Doom oleh S. M. Stirling Sekali lagi, sebuah kisah dystopia dimana manusia hidup dalam klan-klan tersendiri dan dengan hukum yang mereka ciptakan sendiri. Di kisah ini, seorang pemimpin dan hakim dari suatu klan harus mengadili seorang tersangka pemerkosaan yang juga telah menyebarkan pengaruh buruk dan terornya kepada warga lain, terutama anak-anak. EGGLYSIS: Menarik melihat pergulatan batin dari si hakim dan bagaimana keadilan ditegakkan di dunia dimana udah nggak ada lagi standar keadilan.

  18. Name the Beast oleh Sam Sykes Cerita lain yang sanggup bikin gue kebingungan. Seorang ibu diharuskan oleh suaminya yang diktator untuk mendidik anak mereka agar layak mewarisi takhtanya sebagai pemimpin suatu suku. Tapi apa jadinya kalau si ibu sendiri tidak menyukai anaknya? EGGLYSIS: Dafuq did I just read?

  19. Caretakers by Pat Cadigan Cerita yang paling buruk, menurut gue. Sepasang kakak-beradik merawat ibu mereka di panti jompo. Ibu mereka menderita Alzheimer's. Si adik kemudian mendapat pekerjaan sebagai salah satu sukarelawan di panti itu. Suatu hari ia membisikkan kepada kakaknya bahwa ia menemukan suatu misteri yang berbahaya di panti itu. Misteri apa itu sebenarnya? EGGLYSIS: Gue akan menghancurkan ekspektasi kalian dengan mengatakan bahwa misteri yang didengung-dengungkan dengan begitu hebohnya di cerita ini BUKAN APA-APA. Bahkan endingnya pun bikin bingung.

  20. Lies My Mother Told Me oleh Caroline Spector Spin-off dari Wild Cards, sebuah novel berseri dengan genre urban fantasy, dimana beberapa orang kedapatan kekuatan supranatural dari para alien (gue nggak ngerti gimana caranya). Ketika sahabat dari tokoh utama kita kehilangan kekuatannya karena pihak yang tidak bertanggung jawab, apa yang harus mereka lakukan? EGGLYSIS: Redeeming point-nya adalah satu karakter anak kecil yang super imut dan lucu banget.

  21. The Princess and the Queen oleh George R. R. Martin Akhirnya kita sampai di kisah yang menjadi alasan utama gue membaca antologi ini. Review The Princess and the Queen bisa dilihat di sini.

Overall, Dangerous Women termasuk oke. Gue rekomendasikan buat kalian. Tapi patut diingat bahwa selain ketebalannya, dia juga kaya akan cerita dengan genre yang berbeda-beda. Kalian butuh waktu yang cukup banyak untuk menyelesaikan buku ini. Dan, overall Dangerous Women...




Click here to read the review in English.



4 views0 comments

Comments


bottom of page