top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Eclipse (Twilight, #3)

Updated: Jun 24, 2020


Judul: Eclipse (Twilight, #3) Penulis: Stephenie Meyer Penerbit: Little, Brown and Company Publikasi: 7 Agustus 2007 Tebal: 629 halaman


"He's like a drug for you, Bella."

Izinkan gue untuk melakukan sedikit celebration dance karena ini adalah buku terakhir dari Twilight saga yang gue review. Terakhir, karena gue belum (dan enggak berniat untuk) baca Breaking Dawn.



Kalo Twilight dan New Moon masih gue labeli kotoran-kuda (baca: bisa ditolerir), Eclipse masuk ke kategori tumpukan-kotoran-kuda-yang-udah-ditumbuhi-jamur-saking-busuknya-bahkan-lalat-pun-emoh-hinggap-disitu.


Buat para fans Twilight, kalau kalian udah nggak suka sama review Twilight dan New Moon gue yang sebelumnya, kalian akan lebih nggak suka lagi sama review Eclipse ini. Lebih baik pergi sekarang dan nggak usah lanjut baca kalau nggak mau bete. Gue nggak terima kalian marah-marah di comment section karena nggak setuju sama opini gue. Kalian punya opini kalian, gue juga punya opini sendiri. Kalian sudah diperingatkan.


Oke, sekarang waktunya bersenang-senang!


Jujur, gue bingung Eclipse ceritanya gimana. Katanya sih Stephenie Meyer terinspirasi dari Wuthering Heights karya Emily Bronte (belum, gue belum baca! ARGH daftar to-read semakin panjang!), tapi banyak fans buku itu yang mencemooh Eclipse habis-habisan karena, dan gue kutip, penerjemahannya salah total!


Di awal buku, diceritakan Edward dan Bella mulai apply buat kuliah -- yang bikin gue bertanya-tanya, setelah hampir seabad, Edward baru kepikiran buat kuliah? But I digress.. Anyway, disini mereka happy couple bangetz. Trus muncul Jacob yang mendeklarasikan cintanya sama Bella. Trus tiba-tiba muncul serangan-serangan aneh di Seattle yang tampak seperti ulah vampir baru yang belum bisa mengontrol rasa laparnya. Selidik punya selidik, ternyata itu adalah kerjaan Victoria, salah satu dari tiga vampir yang ngincer Bella di buku pertama dan masih dendam karena James dibunuh. Dia dan gerombolan vampir-vampir baru ciptaannya kini ngincer Bella dan tiba-tiba saja klan vampir dan manusia serigala yang saling membenci ini harus bekerja sama karena kebetulan banget Jacob dan Edward sama-sama jatuh cinta sama Bella. *snorts*


EGGLYSIS

Pertama-tama, mari kita komentari plot serangan Victoria.



Walaupun kali ini Meyer bener-bener berusaha mengolahnya jadi plot yang terasa banget suasananya dari awal (nggak kayak Twilight), tetep aja plotnya sangat lemah dan berasa kayak tempelan. Kayak trik murahan yang dibuat supaya dua cowok macho bisa adu kekuatan untuk melindungi Bella.


Selanjutnya, kita komentari plot cinta segitiganya.



Gue nggak perlu baca Wuthering Heights untuk bisa menilai kalau cerita ini sampah. Bella, yang selama dua buku pertama kelihatan kayak cewek bego menyedihkan yang hidupnya tergantung dan didefinisikan oleh pacarnya yang superposesif, di buku ini menjadi cewek bego, menyedihkan, pemberi harapan palsu (PHP), dan nggak punya pendirian. Selama sekitar tiga perempat buku kita dicekokin pikirannya yang sangat amat memuja Edward; betapa sempurnanya Edward, gantengnya Edward, suaranya Edward, yadayadayada, maaf Jacob gue cuma nganggep elo sahabat karena ada Edward, ya ampun lo nggak bisa lihat betapa sempurnanya dia? Lalu, seakan-akan siksaan itu belum cukup, di sisa seperempat dari buku ini kita diberi inner struggle tambahan: ternyata Bella juga cinta sama Jacob! Lebih dari sahabat! Tapi walaupun dia cinta sama Jacob, cintanya sama Edward lebih besar karena EDWARD HADIR LEBIH DULU. What a logic, eh, Steph? Jangan lupa fakta bahwa Bella nggak mau pisah dari Jacob karena jauh di lubuk hatinya dia senang diperebutkan dua cowok macho dan nggak mau kehilangan salah satunya, bahkan walaupun dia tahu itu menyakiti Jacob.


Overall, Eclipse...



Click here to read the review in English.



0 views0 comments

Comments


bottom of page