top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

For One More Day


Judul: For One More Day Penulis: Mitch Albom Penerbit: Hyperion Publikasi: 26 September 2006 Tebal: 208 halaman


When you look into your mother’s eyes, you know that is the purest love you can find on this earth.

Setelah digeber sama buku-buku bertemakan fantasi, kini saatnya kita sedikit rileks dengan buku inspirational karya Mitch Albom, For One More Day.


Kisahnya sebenernya sederhana, mirip dengan buku-buku karya Mitch Albom lainnya. Nggak ada plot twist yang wow, alurnya kayak ombak yang mengalun santai... tapi memiliki makna yang dalam dan menohok hati.


For One More Day is like that.


Charley 'Chick' Benetto adalah seorang pria pertengahan baya yang ingin bunuh diri. Ia tidak hadir saat ibunya meninggal delapan tahun yang lalu, dan hal itu mengusik mentalnya selama bertahun-tahun. Ia menjadi alkoholik dan senantiasa menyesali kealpaannya di saat terakhir ibunya. Ia kehilangan pekerjaan dan putus hubungan dengan keluarganya. Puncaknya adalah ketika ia mengetahui bahwa putrinya telah menikah melalui kartu dan foto-foto yang dikirimkan kepadanya, teriring fakta bahwa dirinya tak diundang, tak diharapkan datang, dan tak diinginkan untuk membalas. Di saat itulah ia berada pada titik terendah dalam hidupnya. Dan ia memutuskan untuk bunuh diri. Tempat yang terbaik? Kampung halamannya.


Akan tetapi, bahkan dengan tekad kuat seperti itu, Chick gagal. Ia masih hidup, walau tubuhnya penuh memar dan mungkin patah tulang. Dan di saat itulah ia menyadari satu fakta mengejutkan.

Ibunya masih hidup, masih tinggal di rumah masa kecilnya, dan masih berkeliling ke kenalan-kenalan lamanya, menyapa mereka.


Ibunya yang telah meninggal delapan tahun yang lalu. Yang menjadi sumber penyesalan Chick. Dan di sinilah tema utama novel ini bermain. Ketika engkau diberi satu kesempatan untuk bisa menghabiskan satu hari lagi dengan orang yang amat kau kasihi, apa yang akan kau lakukan?


EGGLYSIS

Kalau habis baca buku ini, kalian nggak lari untuk memeluk ibu kalian dengan mata berkaca-kaca, bohong! Because I did. Dan gue merasa bisa lebih memahami tiap tindakan nyokap gue, bahkan yang bikin gue kesel sekesel-keselnya.


Chick, waktu kecil, sering diberitahu ayahnya, "Kamu bisa memilih untuk menjadi anak Mama atau anak Papa, tapi kamu nggak bisa menjadi dua-duanya." dan, seperti yang ditulis Mitch, itu nggak adil. Seorang anak nggak boleh disuruh memilih, karena ia memiliki keduanya. Buku ini mengajak kita untuk lebih memahami alasan di balik setiap tindakan kedua orang tua kita, dan untuk lebih menyayangi mereka.


Seperti, sekali lagi, satu kutipan favorit gue di dalam buku ini, "Ketika kamu memandang mata ibumu, kamu sedang memandang sumber mata air cinta terbesar dan tak berakhir yang pernah ada di bumi."


Overall, For One More Day...



Click here to read the review in English.



1 view0 comments

Comments


bottom of page