Judul: Gelombang (Supernova, #5) Penulis: Dewi 'Dee' Lestari Penerbit: Bentang Pustaka Publikasi: 17 Oktober 2014 Tebal: 492 halaman
Selapis kelopak mata membatasi aku dan engkau Setiap napas mendekatkan sekaligus menjauhkan kita Engkau membuatku putus asa dan mencinta Pada saat yang sama
Finally, setelah Partikel yang sedikit mengecewakan, Gelombang hadir untuk memberitahu kita bahwa, yes, Dee has still got it and she steps up the game, y'all!
Gelombang memperkenalkan kita dengan Alfa, karakter terakhir yang diperkenalkan dalam satu buku khusus (selain Bodhi, Elektra, dan Zarah) sebelum kita berlanjut ke episode puncak, Inteligensi Embun Pagi.
Alfa adalah seorang cowok Batak tulen, yang kampung halamannya adalah Sianjur Mula-Mula, sebuah desa kecil di tepi Danau Toba. Konon, di sinilah asal mula orang Batak. Nah, Alfa ini berasal dari keluarga Sagala. Dia punya dua orang abang, namanya si Eten dan Uton. Sebenarnya nama mereka termasuk oke, Albert Einstein dan Sir Isaac Newton (yep, pake 'Sir'). Apa daya, lidah Batak nggak bisa ngucapin nama mereka itu. Jadilah mereka dipanggil Eten dan Uton. Kalo si Alfa? Well, nama lengkapnya Thomas Alva Edison (that's riight, pake V instead of F. Oh, Dee, the genius.. :P ). Lagi-lagi, nama itu bikin lidah Batak kelipet, jadilah panggilan imutnya Ichon.
Waktu Alfa berumur 12 tahun, Bapaknya yang seorang pemain gondang harus bermain dalam upacara gondang yang tujuannya untuk memanggil arwah leluhur tersebut. Sejarahnya Alfa sama upacara gondang nggak pernah oke. Biasanya, begitu tabuhan gondang bergemuruh ke seantero kampung, dia bakal belingsatan. Biasanya, dia dikirim ke rumah saudaranya. Tapi, malam itu agak berbeda. Menurut Bapaknya, dia udah dewasa, jadi udah bisa mengendalikan diri. Maka tinggallah Alfa di rumah bersama Mamak dan kedua abangnya. Memang, sih, dia bisa menjaga diri. Akan tetapi, yang tidak diperhitungkan kedua orangtuanya adalah munculnya sesosok tinggi hitam yang masuk ke dalam rumah mereka dan mengawasi Alfa. Sosok itu disebut sebagai Si Jaga Portibi.
Segera saja, Alfa bikin gempar Sianjur Mula-Mula. Ompu Togu Urat, orang sakti di kampung itu, ngotot agar Alfa berguru padanya. Katanya, Alfa memiliki ilmu yang dapat digunakan demi melestarikan kampung. Selain Ompu Togu Urat, muncul juga sosok lain yang meminta Alfa menjadi muridnya, yaitu Ompu Ronggur. Alfa pun kebingungan.
Namun, bukan hanya itu keanehan yang timbul sejak upacara gondang. Alfa mulai mengalami mimpi. Bukan sekadar mimpi, mimpi buruk, apalagi mimpi aneh. Rasanya lebih dari itu, karena mimpi itu berbahaya baginya. Literally. Tiap kali memejamkan mata, rasanya seperti pertaruhan nyawa baginya. Awalnya, jimat yang diberikan Ompu Togu Urat ampuh memblokir mimpi itu. Akan tetapi, ketika jimat itu hilang, apakah yang harus ia lakukan? Haruskah ia bermain kucing-kucingan dengan tidur seumur hidupnya, atau justru mempertaruhkan nyawanya dan menghadapi mimpi itu?
Perjalanan hidup yang membawanya keluar dari Sianjur Mula-Mula ke Jakarta, lalu New York, dan Tibet, menggiringnya pada jawaban atas pertanyaan tersebut.
EGGLYSIS
Satu kata: novel ini Batak kalik! ;)
Membaca Gelombang terasa seperti membaca Petir, dengan sedikit rasa Akar dan Partikel di sana-sini, dan dipercantik nuansa Batak yang teramat kental. Alfa mungkin nggak sekocak Elektra -- meen, dia songong banget! Songong-songong ngegemesin, uwuw <3 -- tapi cara buku ini bikin gue ngakak sampai sakit perut dan nggak bisa napas di beberapa bagiannya sungguh mengingatkan pada Petir. Dee still has her charm, yang terasa agak hilang di Partikel. No wonder, though, Zarah has more weigh of the world on her shoulder than Alfa.
Banyak plot yang mulai tersingkap di buku ini, plot besar Supernova yang terasa masih ngawang di buku 1-3, mulai terkelitik di buku 4, dan terbuka cukup lebar di buku 5 ini. Istilah-istilah baru, particularly Sarvara, Peretas, dan Infiltran, sukses bikin otak gue kebalik-balik beberapa hari. The fantasy geek in me, yang tergila-gila sama crackpottery, mengendus banyak kali teori-teori dan foreshadow yang rasa-rasanya akan terjadi di buku 6. I might be wrong, though, namanya juga crackpottery. Tapi gue bakalan bikin satu post khusus untuk membahas apa yang udah seliweran di otak gue sejak kelar baca buku ini. Nggak tulis di sini karena bakalan jadi spoiler banget.
Dari segi karakter juga oke. Mereka nggak forgettable, bahkan yang secondary. Dan nggak ada romance yang dipaksakan. Yes, I'm looking at you, Partikel.
Kalau kalian pay attention, sebagian besar karakter muncul di buku ini -- termasuk dua special appearance yang gue jamin, khususnya buat pembaca setia Supernova, bakal bikin teriak-teriak histeris saking excited-nya. I know, soalnya tengah malam gue dibikin teriak-teriak baca buku ini. DAN OHMAIGAT YA TUHAN ALFA TUH KOK YA GANTENG BANGET SIKH NGGAK BISA DIKURANGIN DIKIT. Jadi gini ya, dari dulu tuh gue cinta mati sama Gio. Banget. Rasanya kayak meleleh tiap kali nama Gio muncul lembaran halaman Supernova. Tapi sekarang... maigat. Kesetiaan gue tergoyahkan oleh Alfa. Adoh mamak, cemana pulak ini.
Kalaupun ada keluhan, mungkin beberapa hal yang terasa agak kurang masuk akal. Itupun minor banget. Misalnya, kayak Alfa yang, walaupun berstatus imigran gelap, bisa masuk public high school dan bahkan dapet beasiswa. Juga tentang dia yang berhari-hari nggak masuk kerja, tapi bosnya tampak oke-oke aja. Like I said, sangat minor. Nggak mengganggu keseluruhan plot cerita, kecuali kalian termasuk pembaca yang kelewat nag sama hal-hal terkecil, macam gue. Forgive me. Gue dilatih sama GRRM untuk memperhatikan even the smallest detail, jadinya kelewat bawel begini. :D
Bagian klimaksnya juga oke banget. Revealing, tapi nggak too much. Dee masih menyimpan misteri akhirnya untuk Inteligensi Embun Pagi. Dan endingnya.. OHMAIGAT! THAT plot twist was enough to make me die happy.
Eh, jangan, deh. Inteligensi Embun Pagi belum terbit. :P
Overall, Gelombang...
Click here to read the review in English.
Comments