Judul: Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (Harry Potter, #3) Penulis: J. K. Rowling Penerbit: Bloomsbury Publikasi: 8 Juli 1999 Tebal: 317 halaman
I solemnly swear that I am up to no good.
-- Chapter Ten: The Marauder's Map
Tahun ketiga Harry di Hogwarts adalah tahun paling fun. At least menurut gue, sebagai pembaca, tentu saja.
Oh, tentu saja liburan musim panasnya dipenuhi drama. Kalo tahun lalu ada Dobby yang mendadak muncul dengan peringatan mencekam, belum lagi kesalahpahaman dengan Ministry of Magic yang bikin dia kena surat peringatan karena disangka melakukan sihir di depan Muggle, tahun ini ada Aunt Marge -- kakaknya Uncle Vernon yang punya banyak piaraan guguk, bodi nggak kalah gede sama Dursley lainnya (kecuali Aunt Petunia, tapi kan Petunia itu Evans ya), dan suka nge-bully Harry. Singkatnya, si Aunt Marge memancing emosi Harry yang udah ditahan-tahan sampai menggelembung (pun intended).
Ketakutan bakal dikeluarkan dari Hogwarts, apalagi setelah insiden Dobby dan puding melayang tahun lalu, Harry kabur dari Privet Drive dengan menumpang Knight Bus -- transportasi umum untuk kaum penyihir. Niatnya bersembunyi di Leaky Cauldron bablas ketika ia justru ditunggu oleh Cornelius Fudge, Minister of Magic itu sendiri. Kejutannya belum berhenti: Harry nggak dikeluarkan dari Hogwarts. Malahan, Fudge terlihat lega karena berhasil menemukan Harry dalam keadaan selamat.
Alasannya tentu saja Sirius Black. Narapidana Azkaban, penjara sihir dengan tingkat pengamanan superketat, ini berhasil melarikan diri -- orang pertama yang berhasil melakukannya dalam sejarah. Digadang-gadang sebagai tangan kanan Lord Voldemort, Black diperkirakan akan berusaha menyelesaikan pekerjaan tuannya dalam membunuh Harry. Belum lagi laporan dari para penjaga Azkaban bahwa dalam tidurnya, Black suka mengigau, "Dia ada di Hogwarts."
Selain dari kepanikan akan narapidana kelas berat yang kabur dari penjara dan memburunya, tahun ketiga Harry berjalan cukup normal. Ia kembali sibuk berkutat dengan pelajaran sihir, bergaul dengan teman-temannya, juga berlatih Quidditch. Guru baru DADA, Profesor Remus Lupin, segera menjadi favorit Harry dan mayoritas murid Hogwarts lainnya.
Oh iya, hampir lupa. Demi meningkatkan keamanan di Hogwarts, para penjaga Azkaban turun tangan menjaga sudut demi sudut kastil kuno ini. Sialnya, mereka bukanlah penjaga biasa. Dikenal dengan nama Dementor, Lupin menobatkan mereka sebagai makhluk paling berbahaya di dunia sihir. Dementor memangsa perasaan bahagia, meninggalkan korbannya dengan memori terburuk dalam hidup dan ketiadaan harapan. Dan somehow, Dementor memiliki efek yang lebih buruk bagi Harry, membangkitkan memori buruk yang iapun sudah tak lagi ingat -- malam kematian kedua orangtuanya di tangan Voldemort.
Can't help it :P
EGGLYSIS
Buku ini jenius.
Izinkan gue untuk menjelaskan.
Pertama, nggak ada Voldemort. No offense, emang sih dia big bad-nya, tapi gue baru ngerasain betapa refreshing rasanya ketika musuh utama yang muncul di final showdown bukan VL-VL. Voldy lagi, Voldy lagi. *plakk*
Rowling menunjukkan kepiawaiannya mengolah karakter di buku ini. Karena kita nggak ketemu si big bad, jadi ia bisa mengambil sedikit waktu untuk bermain-main ke masa lalu. Tepatnya, ke masa saat James dan Lily masih bersekolah di Hogwarts. Kehidupan keduanya berikatan kuat dengan masa depan yang Harry jalani, bukan hanya kematian mereka.
Klimaksnya adalah bagian favorit gue. Kalau di review Philosopher's Stone dan Chamber of Secret gue memuji habis-habisan cara Rowling menunjukkan reveal si big bad dan plot twist yang nggak disangka pembaca yang kurang teliti (maksudnya gue kala masih bocah :P), di buku ini twist itu berlapis-lapis.
Oke, bayangkan analogi ini. Kamu sedang berjalan menyusuri sebuah jalan yang luas, terang, dan nggak berliku-liku. Lurus-lurus aja. Cuaca pun cerah, lingkungan sekitar pun terasa bersahabat. Mendadak, di pertengahan jalan, bentuk jalan ini berubah. Aspal yang tadinya halus mendadak jadi berbatu-batu, belum lagi awan mendung yang mendadak muncul. Hujan mulai menetes. Kamu melihat ada balai-balai di ujung jalan. Kelihatannya aman buat berteduh sampai hujan lewat. Maka berlarilah kamu ke situ supaya nggak kehujanan.
Akan tetapi, di sini uniknya. Untuk sampai di balai-balai itu, kamu harus memutar arah dan kembali menyusuri jalan itu dari awal. Dan ketika akhirnya kamu tiba di titik akhir, balai-balai itu sudah digantikan oleh rumahmu sendiri. Hujanpun berhenti, walau awan mendung masih menutupi sebagian sinar matahari.
Bingung? Well... sebenernya gue juga. Tapi nanti kalo udah baca paham kok!
Overall, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban...
コメント