Judul: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (Supernova, #1) Penulis: Dewi 'Dee' Lestari Penerbit: Truedee Books Publikasi: 2001 Tebal: 321 halaman
Genggamlah jantungku dan hitung denyutnya. Sebanyak itulah aku merindukanmu, Putri
Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh adalah karya favorit gue dan, arguably, karya terbaik Dee sampai saat ini. Waktu pertama keluar, buku ini hits banget karena mendobrak berbagai standard penulisan yang ada di Indonesia. Dee sukses meramu teori science dan filosofi menjadi suatu kisah fiksi dan legenda yang terasa begitu kaya. That being said, memang ada banyak istilah-istilah yang sangat asing bagi pembaca awam. Makanya footnote-nya bisa menghabiskan sepertiga jatah halaman di buku ini. Saran gue, supaya bisa menikmati buku ini dengan lebih baik, jangan lewatkan satupun footnote senjelimet apapun kelihatannya. Justru disitu kita bisa lihat betapa kayanya buku ini.
Kisah kita berawal dari pasangan homoseksual, Dhimas dan Ruben. Sepuluh tahun yang lalu, mereka pertama kali bertemu di negeri Paman Sam dalam sebuah pesta yang diadakan para mahasiswa yang bersekolah di sana. Dhimas kuliah di George Washington University dan Ruben di Johns Hopkins Medical School. Dhimas berasal dari golongan berada, Ruben adalah mahasiswa dengan beasiswa. Tak heran kalau di awal pertemuan mereka saling adu keunggulan. Topik pembicaraan mereka seputar science dan berbagai teorinya, sampai akhirnya Ruben keceplosan kalau ia gay. Dhimas pun mengaku kalau ia gay, dan hubungan mereka berkembang dari situ. Waktu itu mereka berjanji akan menulis sebuah buku yang akan menjadi tonggak prestasi dan intelegensi mereka. Kini, keduanya berkutat di depan komputer, sibuk brainstorming ide untuk buku mereka tersebut. Salah satu di antara mereka comes up with the idea untuk menulis kisah fiksi yang menggabungkan semua teori science tersebut. Untuk menunjukkan bahwa teori science pun memiliki aplikasinya tersendiri dalam kehidupan sosial manusia. Dari sini kita masuk ke kisah selanjutnya.
Ferre adalah seorang eksekutif muda yang sangat sukses dan masih lajang, sehingga jadi idaman banyak wanita. Suatu hari, ia di-interview oleh Rana, seorang jurnalis muda dari sebuah majalah wanita. Interview yang awalnya berjalan flat itu ternyata mengubah hidup keduanya. Ferre ternyata adalah seorang romantic at heart; waktu kecil, ia membaca sebuah dongeng yang sampai sekarang masih menghantuinya. Dongeng mengenai Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh.
Ferre dan Rana saling tertarik, walaupun Rana sudah bersuami. Tapi pernikahannya tidaklah bahagia. Bukan karena suaminya kejam atau kurang perhatian, Rana hanya tidak merasakan the thrill.
Dear Rana, bukannya lo nggak merasakan thrill sama suami lo, gue tahu kok,
Di tengah konflik ketiga orang ini, kita kemudian diperkenalkan kepada Diva, seorang pelacur kelas atas yang merupakan tokoh favorit banyak orang. Ia seorang model papan atas, cantik, sukses, dan bahkan brilian walaupun ia tidak memiliki gelar yang tinggi, dan keputusannya menjadi pelacur bukanlah karena uang, melainkan karena ia merasa dirinya sebagai wanita independen dan ia akan melakukan apa yang ia mau terhadap tubuhnya. Di dalam lingkup kehidupan Diva, kita diperkenalkan dengan Gio, si hapless romantic yang bikin aDEK NGGAK SHANGGUP yawlaaa.
EGGLYSIS
Pujian gue di atas belum cukup? Oke. SUPERNOVA BRILIAN. DEE JENIUS. DAN NOVEL INI ADALAH ANGIN SEGAR YANG BISA DIBILANG MASTERPIECE KARYA ANAK BANGSA.
Kunci dari membaca buku ini adalah membiarkan rasa ingin tahu menguasaimu. Kenapa? Karena banyaknya istilah aneh yang nyelip di sana-sini tentu akan membangkitkan rasa ingin tahu kita, yang kemudian akan membimbing kita untuk mencerna habis sampai paham footnote yang disediakan oleh Dee. Jangan menyerah untuk memahaminya karena begitu kalian melanjutkan membaca, kalian akan terkesima dengan kelihaian Dee meracik teori science menjadi suatu kisah fiksi yang mengisahkan tentang hubungan sosial manusia. Science has never been this interesting, mate.
Overall, Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh...
Click here to read the review in English.
Comments