top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Laskar Pelangi (Laskar Pelangi, #1)


Judul: Laskar Pelangi (Laskar Pelangi, #1) Penulis: Andrea Hirata Penerbit: Bentang Pustaka Publikasi: 2005 Tebal: 529 halaman


Keinginan kuat itu telah membelokkan perkiraan siapa pun... Maka barangkali keinginan kuat tak kalah penting dibanding cita-cita itu sendiri.

-- Bab 27: Detik-Detik Kebenaran


Selain Dewi Lestari, Andrea Hirata adalah penulis Indonesia yang dengan bangga gue kumandangkan sebagai penulis favorit gue. Pertemuan pertama gue dengan novel tetralogi masterpiece-nya ini terjadi ketika gue duduk di kelas 12 SMA dan terobsesi memasuki universitas idaman gue. Maksudnya, gue nonton filmnya. Filmnya sukses bikin gue makin terobsesi semangat belajar dan penasaran sama novelnya. Tapi baru setahun kemudian tangan gue memegang mahakarya ini. Mahakarya, karena sangat sedikit novel karya anak bangsa yang sukses di pasaran internasional.


Laskar Pelangi merupakan memoir masa kecil Hirata saat bersekolah di sebuah sekolah Muhamadiyah yang sangat keterbatasan di Belitung. Sekolah ini sempat terancam akan ditutup oleh Depdikbud jika tidak berhasil memenuhi kuota minimal 10 anak, sementara di pagi hari pertama tahun ajaran itu baru terdapat 9 anak. Kepala Sekolah, Pak Harfan, sudah siap memberikan pidato penutupan sekolah ketika murid ke-10 terbirit-birit datang bersama ibunya -- Harun, seorang bocah 10 tahun yang memiliki keterbelakangan mental.


Adalah Ikal, tokoh utama kita dan dari sudut pandangnyalah kisah ini bertaut. Dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, ia mengamati tingkah laku sahabat-sahabatnya dan juga dirinya sendiri. Selama 9 tahun mereka sekelas, dan selama 9 tahun itu pulalah mereka dididik oleh satu-satunya guru mereka yang juga adalah wali kelas mereka, Ibu Muslimah (kepada siapa Hirata awalnya menulis kisah ini). Ibu Muslimah sangat menyayangi kesepuluh anak didiknya, dan menamai mereka Laskar Pelangi karena kecintaan mereka akan pelangi yang suka ia ajak mereka untuk lihat.

  1. Ikal, tokoh utama dari kisah ini, yang juga adalah Andrea Hirata sendiri. Ia hobi menulis. Di pertengahan cerita, dikatakan ia jatuh cinta kepada A Ling, anak engkoh-engkoh pemilik toko kapur tempat ia disuruh membeli kapur oleh Ibu Muslimah. Hal ini menjadikannya sangat gemar, bahkan tak jarang menawarkan diri, untuk pergi membeli kapur.

  2. Lintang, teman sebangku Ikal dan tokoh favorit gue di tetralogi ini. Dia sumber inspirasi gue. Lahir dari keluarga nelayan yang serba berkekurangan dan memiliki belasan adik tak menghalangi semangatnya untuk belajar. Kejeniusannya lahir dari kerajinannya untuk belajar, kegemarannya untuk menggali ilmu pengetahuan lebih dalam, dan ketidakpuasannya akan satu buku saja.

  3. Mahar, si seniman eksentrik. Dari awal cerita, Ikal menyebutkan bahwa Mahar hobi bernyanyi dan memiliki suara yang bagus dengan cengkok Melayu yang aduhai. Itu tak mengurungkan Mahar dari segala kegiatan-kegiatan anehnya.

  4. Kucai, si ketua kelas. Dikatakan ia memiliki gangguan penglihatan karena kurang gizi, sehingga kalau ia menatap marah pada Borek, pandangannya justru terarah kepada Trapani. Ia memiliki kemampuan bicara yang sangat persuasif.

  5. Borek, si maniak otot. Sejak kecil ia terobsesi menjadi pria macho dan berotot, bahkan tak segan meminum jamu-jamu yang dapat membuatnya mirip binaragawan.

  6. Trapani, si pendiam yang tampan, tapi anak mami. Berkali-kali rencana iseng geng Laskar Pelangi gagal karena ia memutuskan untuk menceritakannya terlebih dahulu kepada ibunya.

  7. Sahara, satu-satunya perempuan di geng Laskar Pelangi. Mungkin karena lingkungan pergaulannya yang dengan cowok-cowok, ia tumbuh jadi cewek tomboy yang keras kepala. Namun biar begitu, dia taat agama dan baik sama semua orang -- kecuali A Kiong.

  8. A Kiong, bocah Tionghoa pengikut setia Mahar. Baginya, Mahar semacam suhu yang akan diikutinya kemana saja. Ia duduk sebangku dengan Sahara yang sejak pertemuan pertama mereka di hari pertama sekolah sudah menyiramnya dengan air di termos.

  9. Syahdan, sosok yang paling sering terlupakan di geng Laskar Pelangi. Biar begitu, dia sangat menyayangi sahabat-sahabatnya dan selalu ceria.

  10. Harun, si penyelamat yang sempat diceritakan di awal. Walaupun memiliki keterbelakangan mental, namun teman-temannya tidak pernah mengucilkannya. Entah kenapa, ia sangat suka dengan angka tiga.

Kesepuluh siswa ini tumbuh bersama, belajar bersama, dan terikat dalam persahabatan yang amat kental bagai saudara dalam perjuangan mereka untuk menggapai cita-cita mereka yang setinggi langit di tengah keadaan mereka yang tidak memungkinkan.


EGGLYSIS

Walaupun gue sayang sama tiap anggota Laskar Pelangi, tapi Lintang punya tempat spesial di hati gue. Kisah hidupnya sungguh bikin gue terhenyak dan tersentak, ingin menangis dan meraung merutuki ketidakadilan sosial di negara kita ini. Undang-undang mengatakan bahwa setiap anak di negara Indonesia berhak mendapatkan perlindungan negara dan pendidikan yang layak, tapi nggak demikian dengan kesepuluh anakini. Terlebih lagi, nggak demikian dengan Lintang.


Buku ini mengingatkan gue, dan juga kita semua, betapa beruntungnya kita bisa memperoleh pendidikan yang terasa begitu mahal bagi anak-anak ini. Pendidikan yang selama ini kita sia-siakan merupakan harta yang paling berharga bagi mereka. Terutama Lintang, Lintang tersayang.




Overall, Laskar Pelangi...



Click here to read the review in English.



14 views0 comments

Comments


bottom of page