Judul: London: Angel (Setiap Tempat Punya Cerita, #5) Penulis: Windry Ramadhina Penerbit: GagasMedia Publikasi: 2013 Tebal: 330 halaman
Hujan tahu kapan harus membasahi kota ini. Hujan juga tahu kapan harus berhenti.
London: Angel adalah novel yang termasuk dalam seri Semua Tempat Punya Cerita (STPC) GagasMedia. Jadi, tiap buku di seri ini mengambil satu kota dan menceritakan satu kisah berlatarkan kota tersebut. Selain London, ada juga Paris, Melbourne, Bangkok, Roma, dan Tokyo. Berhubung gue emang dari dulu terobsesi sama London, jadi buku pertama yang gue pilih, ya, London. :P
Karakter utama kita bernama Gilang, seorang cowok di kota metropolitan Jakarta (hazek banget bahasa gue dah :D ). Gilang ini memiliki semacam unrequited love terhadap BFF-nya sejak kecil yang bernama Ning. Enam (atau delapan?) tahun ia memendam perasaannya, tak berani mengungkapkan kepada Ning. Sampai Ning berangkat ke London untuk kuliah empat tahun yang lalu. Sampai Ning bekerja dan menetap di sana.
Hingga pada suatu malam Minggu, usai berkumpul bersama geng cowoknya di bar, Gilang menyemburkan ide gila dalam keadaan mabuk. Ia akan menyusul Ning ke London dan menyatakan cintanya. Teman-temannya -- yang uniknya diberi julukan, seperti Brutus, Dum, Dee, dan Hyde -- mencatat resolusi mabuknya itu dan memastikan Gilang melaksanakannya. Beberapa hari kemudian, terbanglah Gilang ke London.
Begitu tiba di London, Gilang langsung menuju tempat tinggal Ning. Sayangnya, Ning tidak ada di rumah. Menurut keterangan tetangganya, Ning sedang pergi keluar. Mungkin beberapa hari lagi baru pulang. Dan di situlah keinginan Gilang untuk bikin surprais buat Ning jadi backfire.
Gilang menginap di sebuah penginapan yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat tinggal Ning. Di situ, dia berkenalan dengan Ed yang bekerja di penginapan itu, Mrs Ellis, dan Mr Lowesley. Kisah di penginapan ini adalah subplot yang manis dengan bumbu pahit realitas. Artinya, gue sukaa. :)
Pada hari pertamanya di London, Gilang memutuskan untuk jalan-jalan ke London Eye. Akan tetapi, sebelum menaiki London Eye, Gilang bertemu dengan sesosok gadis misterius. Cantik, berambut cokelat ikal. Ia muncul saat hujan turun di kota London, lengkap dengan payung merah. Ialah yang mengajak Gilang menaiki London Eye. Dan ketika hujan berhenti, gadis itu menghilang di tengah kerumunan orang banyak.
Tetapi, itu bukan pertemuan satu-satunya. Berkali-kali Gilang bertemu dengan gadis itu. Semuanya selalu berlangsung saat hujan turun. Dan ia menghilang saat hujan berhenti.
Siapa sebenarnya gadis misterius itu? Apa makna kemunculannya dalam hidup Gilang? Dan akankah Ning pulang sebelum Gilang harus kembali ke tanah air dengan tangan hampa?
EGGLYSIS
Ini adalah pengalaman pertama gue membaca tulisannya Mbak Windry. Honestly, I am not disappointed. Penggambaran Windry mengenai kota London terasa tepat sasaran. Beberapa sahabat gue ada yang tinggal di London. Salah satunya udah tinggal di situ dari kecil. Waktu pertama kali kenalan, I was so fascinated with her city that I bombarded her with questions about London. Dia bilang, di London itu selalu hujan. Nyaris tiap hari. Hujannya nggak badai kayak musim penghujan di Indonesia, tapi konstan yang gloomy gitu. Makanya sekalinya muncul matahari, Londoners pada seneng banget.
Dan ini digambarkan oleh Windry dengan baik! Bukan hanya itu. Dia juga menunjukkan alasan kenapa gue pengen banget bisa tinggal di kota ini suatu hari nanti. Suasananya yang gloomy tapi cantik.
Kisah cintanya juga gue suka banget. Pas. Nggak saccharine sweet dan sangat realistis. Subplot yang dijalin Windry ke dalamnya juga signifikan dan berperan besar dalam menggerakkan plot cerita.
Jangan lupakan gadis misterius berambut ikal yang Gilang beri julukan Goldilocks. Ini jadi nilai plus banget buat gue. Windry menyelipkan elemen fantasy, tapi nggak bikin cerita ini jadi keramean. Dia bisa bikin kita penasaran dengan sosok si Goldilocks tanpa harus memberi penjelasan latar belakang yang bikin sesak.
Overall, London: Angel...
Click here to read the review in English.
Opmerkingen