top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Love Story

Updated: Jun 24, 2020


Judul: Love Story Penulis: Erich Segal Penerbit: Bantam Books Publikasi: Agustus 1988 Tebal: 115 halaman


"Love means not ever having to say you're sorry."

-- Chapter 13


Sebelum memulai review ini, izinkan gue untuk membangkitkan kenangan kalian akan lagu berikut:



Kalau lagu tersebut membuat kalian mengerutkan kening dan sibuk bergumam sendiri, "Kayaknya pernah denger, deh.." -- sama, gue juga memiliki respon yang sama pas pertama denger. Tapi kalau lagu tersebut membuat kalian terhanyut akan kenangan tentang sebuah film fenomenal bertahun-tahun yang lalu -- gue penasaran, umur kalian berapa? :P


Love Story adalah sebuah novel yang kisahnya diangkat dari screenplay film tahun 1970 berjudul sama. Yep, kalian nggak salah baca. Kalau biasanya film diangkat dari sebuah novel, yang ini kebalikannya. Erich Segal pertama kali menulis kisah ini dan disetujui dalam bentuk screenplay. Produser kemudian memintanya untuk menulisnya dalam bentuk novel sebelum filmnya rilis di pasaran -- sebuah strategi yang cukup jenius karena kala itu Love Story langsung hits bingitt.


Kisahnya sederhana. Banget. Seorang mahasiswa Harvard dari keluarga kaya raya jatuh cinta dengan seorang mahasiswi Radcliffe yang miskin, namun cantik dan pintar. Mereka berdua menikah walau tidak disetujui oleh keluarga si cowok. Pernikahan mereka harmonis, sampai suatu tragedi terjadi.


Terlalu singkat? Oke, let me explore.


Jadi si cowok bernama Oliver (panggilan kiyutnya Ollie). Dia keturunan suatu keluarga kaya yang semacam satu dinasti dan kakek-kakek-kakek buyutnya pernah ngasih sumbangan berupa hall gede dahsyat di Harvard. Si cewek namanya Jennifer Cavilleri (panggilan kiyut Jenny). Dia anak seorang imigran Italia pemilik toko kue (atau roti?) di Rhode Island. Mereka ketemu di perpustakaan Radcliffe University. Trus mereka saling tertarik. Trus mereka menikah. Trus suatu tragedi terjadi yang membuat mata kalian sembap di akhir cerita.


Hmmm.


EGGLYSIS

Gue baru baca buku ini pas baru duduk di bangku SMA, tapi kutipan legendarisnya udah denger dari jaman masih bocah. Pas pertama denger, rasanya trenyuh gitu. Yahampun. Love means never having to say you're sorry. Gils. Begitu ya rasanya jatuh cinta yang amat dalam, sangat menyatu dengan pasangan.


That quote doesn't age well, yanno.


Love Story kisahnya memang sangat sederhana, tapi kisah ini hits banget tahun 70-an dulu. Dan gue akui di tengah segala kesederhanaannya, ada sesuatu dari kisah ini yang bikin hati lo terasa hangat. Mungkin inilah pertama kalinya ada orang bikin kisah cinta yang tragis kala itu sampai bisa jadi hits. Ollie yang rela ninggalin semuanya demi Jenny. Jenny yang rela mengorbankan segalanya untuk Ollie. Cinta mereka sama-sama kuat, andai saja takdir tidak berkata lain.


Tapi.... ya itu. Rasanya terlalu cheesy dan disiapkan supaya jadi sobfest, tapi kok ya mata gue kering dari awal sampai akhir.


Overall, Love Story...



Click here to read the review in English.



2 views0 comments

Comments


bottom of page