top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Petir (Supernova, #3)


Judul: Petir (Supernova, #3) Penulis: Dewi 'Dee' Lestari Penerbit: AKOER - Andal Krida Nusantara Publikasi: 2005 Tebal: 201 halaman


Ternyata hidup tidak membiarkan satu orang pun lolos untuk cuma jadi penonton. Semua harus mencicipi ombak.

Gue rasa Dee nulis buku ini sambil makan jamur ketawa. Buku ini kocak banget! Karakter utama kita kali ini bernama Elektra, yang biasa dipanggil Etra (tapi berhubung dia tinggal di Bandung pengucapan namanya jadi Etra'.. YKWIM). Formatnya mirip Supernova: Akar dan kali ini gue nggak terkejut lagi. Sama seperti Bodhi mencari jati dirinya di buku kedua, disini Etra pun mencari jati dirinya. Dan kali ini tokoh utama kita memiliki kelainan... dengan listrik.


Lahir di keluarga Tionghoa, Etra tumbuh bersama ayahnya yang tukang listrik (akrab disapa Dedi) dan kakaknya, Watti. Yep. Nggak salah. Watti dengan dua "T". Si Dedi ini sungguh seorang tukang listrik yang berdedikasi. Waktu masih kecil, ibunya meninggal dunia. Dedi, yang cinta setengah mati sama ibu mereka, berubah menjadi pribadi yang tertutup dan sibuk dengan pekerjaannya. Biarpun begitu, kasih sayangnya kepada anak-anaknya nggak perlu diragukan. Watti, sebagai sosok cewek tertua, tumbuh menjadi sosok yang keibuan dan cerewet. Impiannya adalah menikah dengan orang kaya sehingga ia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus mengotori tangannya. Sedangkan Etra, well... anak ini malesnya nggak ada ampun, pasifnya bukan main.


Sejak kecil, Etra sudah memiliki ketertarikan yang aneh terhadap petir. Kalau hujan dan petir menyambar-nyambar, di saat Watti menjerit-jerit ketakutan dan ngumpet di kamar, Etra malah nongkrong di tepian jendela dengan mata merem melek menikmati petir. Kayak orang sakaw. Keanehan ini bukannya tanpa sebab. Beberapa tahun sebelumnya, Etra pernah kesetrum listrik skala gede (jangan tanya berapa volt plis). Jadi, waktu itu Etra kecil sedang asik latihan mengikat tali sepatu karena Dedi berjanji akan memberikannya sepatu baru. Berhubung nggak ada tali temali maupun tali sepatu yang layak dipakai latihan, jadilah Etra latihan menggunakan kabel listrik yang bergelantungan dan berjuntaian di rumahnya. Tangannya memilih kabel yang salah, dan seketika itu juga listrik ribuan volt (kalau nggak salah) mengaliri tubuhnya. Herannya, di saat listrik seperti itu sewajarnya sudah membunuh orang dewasa, Etra kecil malah selamat tanpa luka maupun cacat sedikitpun.


Kemudian, mereka pun bertambah dewasa dan Watti pun menikah dengan pria yang cocok dengan impiannya, Etra dihadapkan dengan dunia nyata. Banyak kejadian lucu yang dihadapinya, mulai dari sekolah gaib, joget pemanggil petir, sampai pertemuan yang mengubah nasib hidupnya dengan: internet. Dari situlah Etra mulai memahami kemampuannya yang terpendam, dengan bantuan teman-teman barunya dan Ibu Sati.


EGGLYSIS

Seperti yang udah gue jelaskan di awal, buku ini kocaknya nggak ada ampun. Humornya satir. Cerita disuguhkan dari sudut pandang Etra yang punya cara super unik dalam menghadapi hidup. Ia cenderung memandangnya dengan kesimpelan dan kepolosan seorang bocah. Walau di awal cerita ia sering menceritakan tentang Watti yang cantik, Watti yang banyak disukai orang, Watti yang keibuan dan cerewet, tapi siriknya Etra adalah sirik wajar seorang adik. Dan yang lebih gue sukai lagi adalah bagaimana ia akhirnya menemukan potensi dirinya sendiri yang jauh lebih besar daripada Watti.


Berhubung gue cukup berjiwa feminis, ada satu adegan di akhir buku yang jadi favorit gue. Kala itu, Watti yang sudah menikah mengunjungi Etra bersama keluarga besar suaminya. Tujuan Watti disitu adalah ingin sekali lagi mendengar bagaimana orang-orang membandingkan ia dengan adiknya, biasanya dengan kalimat: "Oh, ini adiknya Watti. Euleuh, kok nggak mirip ya.." Tapi sayang sekali bagi Watti, dia nggak tahu kalau adiknya sudah menjadi wanita yang sangat sukses (walaupun penampilannya masih acak-acakan). Dan ini kutipan favorit gue, dari Etra:

...bahwa akan tiba saatnya orang berhenti menilaimu dari wujud fisik, melainkan dari apa yang kamu lakukan.

Overall, Supernova: Petir...



Click here to read the review in English.



0 views0 comments

Comments


bottom of page