top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Prince Caspian (The Chronicles of Narnia, #2)


Judul: Prince Caspian (The Chronicles of Narnia, #2) Penulis: C. S. Lewis Penerbit: HarperCollins Publisher Publikasi: 1951 Tebal: 240 halaman


Things never happen the same way twice.

Gue nonton Prince Caspian sebelum baca bukunya waktu gue masih kelas 2 SMA. Dan, ya, gue nonton itu sebelum The Lion, the Witch, and the Wardrobe. Dua karakter yang sukses bikin gue meleleh-leleh adalah Prince Caspian (BEN BARNES IS YUM!) dan Edmund. Seriously, Skandar Keynes (yang jadi Edmund) adalah salah satu contoh puberty gone right.


I mEAN... *points frantically*


Kalau Ben Barnes.. seriously, kalau kalian nggak meleleh sama Ben Barnes versi medieval yang ngomong pake logat Spanish, you're just wrong, mate.


Prince Caspian mengambil setting setahun setelah kejadian di buku pertama... di dunia nyata. Di awal cerita, kita langsung bertemu dengan keempat anak Pevensie yang lagi nunggu kereta di stasiun sambil ngobrol-ngobrol soal Narnia. Tiba-tiba, mereka dipanggil ke Narnia dan dalam waktu singkat sudah kembali berada di dunia kesayangan mereka itu. Tapi Narnia sudah berubah, jauh berubah dari saat terakhir mereka berada di situ. Dan saat terakhir mereka berada disitu adalah ratusan tahun yang lalu. Kini, yang berkuasa di Narnia adalah bangsa Telmarine. Namun raja-raja Telmarine tidak menempatkan pusat kerajaan mereka di Cair Paravel; istana itu dibiarkan hancur menjadi puing-puing. Bangsa Telmarine menjajah Narnia, mengakibatkan banyak warga Narnia (hewan yang bisa bicara, centaur, faun, dan dwarf, misalnya) terpaksa bersembunyi dan pohon-pohon di Narnia bersembunyi begitu dalam dan tak lagi hidup. Narnia, dunia yang tadinya begitu indah dan bersahabat, kini menjadi liar dan berbahaya.


Disini fokus kita dialihkan pada Caspian X, anak dari Raja Caspian IX. Waktu ia masih kecil, ayahnya meninggal sehingga pamannya, Miraz, mengambil alih pemerintahan. Selama itu Miraz tidak mempunyai anak sehingga ia mendidik dan mempersiapkan Caspian untuk jadi raja. Namun ketika istrinya akhirnya melahirkan seorang putra, ia memutuskan untuk menyingkirkan Caspian. Beruntung Caspian masih sempat lari sebelum rencana jahat itu terlaksana. Caspian adalah putra mahkota Telmarine yang unik; alih-alih membenci dan takut akan warga Narnia, ia justru mendambakan saat bertemu mereka. Dan merekalah yang ia temui dalam pelariannya. Dengan bantuan warga Narnia dan keempat raja dan ratu masa lampau, Caspian siap merebut kembali takhtanya dan memberikan kembali kemerdekaan Narnia.


EGGLYSIS

Tema kekristenan yang kali ini diangkat Lewis dalam Prince Caspian mirip bangsa Israel pada masa pembuangan dan manusia masa kini. Beberapa hubungan paralel yang bisa diambil adalah:

  1. Narnia dijajah bangsa lain sehingga warganya terpaksa bersembunyi. Israel dijajah oleh berbagai bangsa kafir pada saat itu, seperti Filistin dan akhirnya Babylon.

  2. Warga Narnia menjadi getir dan meragukan keberadaan Aslan karena kesusahan mereka. Bangsa Israel menjadi getir setelah penjajahan dan pembuangan mereka dan banyak catatan yang menunjukkan keraguan mereka akan Tuhan.

  3. Keberadaan Aslan yang hanya bisa dilihat ketika keraguan dan rasa takut berhasil disingkirkan keempat Pevensie, warga Narnia, dan juga Caspian sama dengan iman. Tentu ketika kita takut dan ragu, kita tidak bisa melihat Tuhan dan berkat-berkat yang dilimpahkan-Nya buat kita, bukan?

Overall, Prince Caspian oke. Penyajian alegorinya masih spot on. Tapi dari segi cerita, gue lebih suka The Lion, the Witch, and the Wardrobe.




Click here to read the review in English.



10 views0 comments

Comments


bottom of page