Author's Note: Artikel ini ditulis pada November 2014, hanya sebulan setelah Gelombang rilis. Inteligensi Embun Pagi belum dipublikasikan.
Dear pengunjung Egg & Co.,
Iya, judulnya cheesy. Tauk gueh, tauk. Cuma kan ceritanya gue mau menjabarkan berbagai hal yang udah seliweran di kepala gue sejak kelar baca Gelombang, jadi gue bingung mau kasih judul apa. Sok lah, dapetnya itu. Jadi, post yang kalian baca ini akan membahas seluk beluk seri Supernova yang ditulis oleh Dewi 'Dee' Lestari, my favorite Indonesian writer. Disclaimer dulu, ya. Yang gue tulis di sini pure spekulasi -- kecuali dinyatakan sebaliknya (misalnya, kutipan langsung dari buku, dll). Anggap saja kalian gue ajak turut menyelami pikiran gue yang nggak jelas ini.
Buat kalian, pembaca setia Supernova dan udah menamatkan Gelombang, welcome!
Buat kalian, pembaca setia Supernova dan belum menamatkan Gelombang, stop right there!
Buat kalian, yang belum baca Supernova dan tertarik, stop right there!
Buat kalian, yang belum baca Supernova dan nggak tertarik, well.... suka-suka lah, ya.
Karena yang akan kalian baca selanjutnya ini dipenuhi spoiler.
Oke, ini kesempatan terakhir. Run, while you still can.
Everybody ready? Okay!
INFILTRAN, HARBINGER, DAN SARVARA
Di Gelombang, kita diperkenalkan pada tiga istilah baru: Infiltran, Harbinger (Peretas), dan Sarvara. Peretas adalah Bodhi, Elektra, Zarah, Alfa, Gio, dan Diva. Secara definisi? Peretas adalah mereka yang memutuskan untuk lupa. Amnesia. Mereka harus melakukannya karena itu bagian dari penyamaran mereka. Ada suatu misi yang mereka emban saat turun ke Bumi ini, yang kemudian harus mereka lupakan saat menyamar. Dan para Peretas ini memiliki kekuatan masing-masing. Kekuatan inilah yang jadi petunjuk misi mereka.
Infiltran dan Sarvara ibaratkan kutub utara dan selatan magnet; mereka saling tolak-menolak. Tugas Infiltran adalah untuk membantu Peretas dalam melaksanakan rencana mereka. Membantu sampai mereka ingat misi mereka. Tugas Sarvara? Memburu dan menyingkirkan Peretas.
Ketika Infiltran berhadapan dengan Sarvara, salah satu harus ada yang pergi. Kami tidak bisa berlama-lama dalam satu tempat. Dan, jarang sekali kami bisa berpisah dengan damai. Sering kali caranya tidak mengenakkan.
-Dr. Kalden, Supernova: Gelombang
Tepat saat membaca kutipan ini, gue langsung terhenyak dan teringat akan satu kutipan lain di Akar. (Like I said, gue udah khatam KPBJ, Akar, dan Petir dari jaman SMP. :D )
Namun, dari segala keanehan yang ia bawa, ada fenomena yang menurutku paling-paling ganjil, Kell sama sekali tidak tertarik pada Star. Begitu pula sebaliknya. Dua orang tertampan dan tercantik yang pernah kutahu, saling memalingkan muka kalau bertemu.
-Bodhi, Supernova: Akar
Interesting, huh? Semakin menarik karena di Gelombang, kedua orang itu membuat special appearance.
Kali terakhir aku melihat wajah begitu menggemaskan adalah ketika Carlos membawa anak kucing yang ia namai Lupita, yang kemudian kabur dan muncul lagi setahun kemudian menjadi kucing jalanan yang ganas. 'Nama saya Alfa,' kataku akhirnya. 'Saya Ishtar.'
-Supernova: Gelombang
Mata hijaunya menatapku tanpa kedip. Ia terdiam beberapa saat sebelum menjawab dengan mantap, 'First time.' [...] Sejurus tangan tahu-tahu lewat di depan halaman yang tengah kubaca, memaksaku kembali menengok ke samping. 'Kell,' ia memperkenalkan diri. 'Alfa.' Aku menyambut jabat tangannya.
-Supernova: Gelombang
Yang kita ingat, Star pergi usai Bodhi membubuhkan tato di tubuhnya dan Kell meninggal akibat ledakan ranjau di akhir Akar. Dua kutipan itu membuat gue mengambil kesimpulan bahwa Kell dan Star adalah Infiltran dan Sarvara. Siapa yang Infiltran, siapa yang Sarvara? Di sini, gue harus sedikit tebak-tebakan.
Usai Pemba terjun bebas ke sungai (dan dipastikan tewas), Dr. Kalden mengatakan bahwa para Sarvara bisa muncul kembali dalam penyamaran yang berbeda. Satu-satunya yang sama adalah senjata yang mereka gunakan. Ompu Togu Urat menggunakan tongkat; Pemba menggunakan belati. Itulah yang nanti akan menjadi senjata mereka.
Gue sempet mencurigai Kell sebagai Sarvara. After all, bukankah Sarvara memang sangat menipu? Mereka bisa tampak sangat manis dan menolong. Tapi, apa yang dilakukan Kell bagi Bodhi lebih mirip apa yang dilakukan Infiltran. Yaitu membimbing Peretas untuk mengingat kembali tujuan mereka di Bumi ini.
Tapi bukankah Sarvara yang memiliki kemampuan untuk bangkit kembali usai kematian?
Sayangnya, Dee nggak menulis dapatkah Infiltran bangkit kembali. Atau mungkin sengaja? ;)
Untuk sesaat, mari kita tinggalkan Kell dan menuju Star. Kell bikin pusing. Jadi, gue coba mencari sesuatu yang bisa memperjelas, siapakah Star itu?
Dia datang untuk menemani kau. Memastikan kau aman. Jadi, kalau Si Jaga Portibi menampakkan diri, itu artinya kau sedang tidak aman.
-Nai Gomgom, Supernova: Gelombang
'Kamu akan tidur nyenyak, mimpi indah, dan kalau di mimpi itu kamu lihat cahaya terang, ingatlah aku. Peluk cahaya itu seperti kamu memelukku. Semuanya akan baik-baik saja, Alfa.' Nada itu lembut sekaligus kukuh seperti menancapkan afirmasi. Ishtar seolah merapalkan mantra sihir. [...] Ishtar membisikkan sihirnya untuk kali terakhir, 'Selamat tidur, Alfa.' Ia mengecup kelopak mataku. Makhluk hitam besar, bersayap, dengan dua celah mata berwarna kuning, berdiri bagai bayangan tak diundang di pojok kamar, adalah gambar terakhir yang terekam mataku sebelum jatuh lelap.
-Supernova: Gelombang
Bisakah dari dua kutipan itu gue menyimpulkan bahwa Ishtar adalah Sarvara? Dan kalau dia Sarvara, berarti Kell adalah Infiltran?
Ingat, kan, kalau di Akar payudara Star ditato oleh Bodhi dengan tato Tree of Life? Tato itu cukup mencolok, seingat gue. Rasanya agak janggal Alfa nggak menyinggung soal tato itu saat ia bertemu dengan Star.
Moving on ke Petir dan Partikel. Gue belum baca ulang Petir, tapi kayak yang gue bilang, gue lumayan khatam buku itu. Kalau Dee udah memunculkan sosok Infiltran di buku itu, sosok yang paling memungkinkan adalah Ibu Sati. Sarvaranya gue belum bisa terka. Sementara di Partikel, gue sempet menerka Firas adalah Infiltran -- terlebih didukung fakta kalau dia menghilang begitu saja. Kalau Firas Infiltran, siapakah Sarvara yang berhasil membuat dia pergi?
Tapi ide itu sirna waktu gue baca ulang Partikel. Rasanya terlalu efisien kalau Firas itu Infiltran.
Akupun mengamati satu keanehan. Pak Simon tidak kelihatan membutuhkan tongkat. Ia berjalan tegap dengan langkah-langkah gesit. Namun, tak sekali pun ia melangkahkan kaki tanpa iringan tongkat kayu berwarna hitam itu.
-Zarah, Supernova: Partikel
Mungkinkah Pak Simon itu Sarvaras?
Again, hipotesis ini gue luruhkan karena apa yang dilakukan Pak Simon lebih mirip Infiltran. Atau, paling tidak, seorang sahabat dari ayah Zarah. Tapi ini layak kita simpan, siapa tahu muncul lagi di IEP.
AMNESIA
Tema utama Supernova yang terbaca adalah reinkarnasi. Setiap Peretas, yang tereinkarnasi, memilih untuk amnesia. Misi mereka terlupakan untuk sementara, dan tugas merekalah untuk mengingat kembali misi tersebut. Ada satu point penting yang patut kita perhatikan ke depannya.
Elektra terbangun dengan kepala berdenyut sebelah. Semakin lama semakin menekan. Sampai-sampai mata kanannya tidak bisa dibuka penuh. [...] 'Jujur saja, tadinya saya pikir saya nggak ada keluhan apa-apa. Ketemu kamu hari ini cuma permintaannya Bong. Dia bilang saya harus check-up,' Bodhi tersenyum. 'Tadinya?' Elektra mengangkat alis. 'Jadi, sekarang ada keluhan?' 'Dari semalam, sejak sampai ke sini, kepala saya sakit banget,' Bodhi mengurut pelipisnya. Sebelah kanan. Elektra tertegun untuk kali kedua. 'Cuma yang kanan?' 'Iya,' Bodhi mengangguk, 'sampai mata saya susah dibuka.' Ludah Elektra tertelan seperti gumpalan duri.
-Supernova: Partikel
Mendadak, denyutan kuat terasa di kepala sebelah kanan. Langkahku melambat. 'Kenapa?' tanya Nicky. 'Nggak apa-apa,' gumamku. Denyut itu semakin menggigit. Mata kananku menyipit menahan nyeri. [...] Pemandu kami, seorang pria bernama Pemba Kyab, menyodorkan satu kaleng untukku. 'Beginilah risikonya kalau datang ke Tibet lewat jalur udara. Banyak orang tidak sempat aklimatisasi. Perlu juga?' Sakit kepalaku masih membayang, tapi perasaanku mengatakan nyeri itu bukan karena proses aklimatisasi. 'Tidak usah, terima kasih.' [...] 'I am the eye in the sky... looking at you... I can read your mind.' Ada denyut yang timbul di kepala belakang sebelah kanan, berangsur menguat dan akhirnya lebih mengganggu ketimbang senandung Kell. Pesawat kami mulai bergerak maju. Aku memejamkan mata, berharap sakit kepalaku melenyap seiring pesawat ini mengudara menuju Jakarta. Tiba-tiba pikiranku terantuk. Aku teringat catatan yang pernah kubuat, juga di atas pesawat, saat perjalanan panjang dari Lhasa menuju New York. Berdasarkan catatan itu, nyeri ini adalah tanda yang harus kuwaspadai. Mataku kembali terbuka, melirik ke segala arah. Ada sesuatu dalam pesawat ini. Ada seseorang. Peretas. Infiltran. Atau, Sarvara.
-Supernova: Gelombang
GUGUS OKTAHEDRAL
'Aku harus segera menemukan yang lain. Kami berenam. Masih ada lima yang belum sampai.' 'Gugus Oktahedral.' Bintang Jatuh mengangguk. 'Akhirnya kamu tahu.'
-Supernova: Gelombang
Mereka ada enam. Bukan empat, bukan lima, tapi enam. Empat orang sudah pasti: Bodhi, Elektra, Zarah, dan Alfa. Sisanya? Mungkin Diva. Lalu, siapa lagi?
Entah pada saat mataku menutup, atau membuka, aku melihat sekelebat wajah. Laki-laki seusiaku. Kepalanya licin tanpa rambut. Kulitnya pucat. Lalu, ia hilang dan gulita kembali datang. Entah dalam ingatan atau di dalam air yang meliputi penglihatanku, aku melihat sekelebat wajah lain. Perempuan seusiaku. Mungil, bermata sipit. Ia lalu hilang diganti wajah anak perempuan lain. Tinggi, bermata besar dengan alis hitam tebal. Entah dalam sadar atau bukan, aku melihat wajah lain berkelebat datang. Anak laki-laki. Rautnya yang tampan seperti orang asing. Tak lama, ia menghilang, diganti wajah berikut. Perempuan. Tak jelas kulihat wajahnya, tapi ia berkilau bagai pualam di tengah kegelapan.
-Supernova: Gelombang
Waktu baca kutipan ini, nama-nama langsung muncul di benak gue. Yang pertama udah pasti Bodhi. Yang kedua, Elektra. Yang ketiga, Zarah.
Yang keempat?
Gio adalah peranakan Tionghoa-Portugal, ganteng bukan main.
-Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Yang kelima? Sebagian dari gue ingin percaya itu adalah Diva. Tapi, sesuatu yang dikatakan Gelombang pada Bintang Jatuh cukup bikin gue tertegun.
Sekarang aku juga tahu, akulah yang mendesain dan membangun Asko. Setiap gugus punya kandi masing-masing. Hanya anggota gugus yang bisa dan berhak masuk ke kandinya. Pertanyaanku untukmu, Bintang Jatuh. Kenapa kamu bisa ada di sini? Kamu bukan bagian dari gugus ini.
-Alfa, Supernova: Gelombang
Rasanya kita bisa setuju secara aklamasi kalau Diva adalah Bintang Jatuh. Lalu, kalau Bintang Jatuh bukanlah bagian dari anggota Gugus Oktahedral, apa yang Diva lakukan di situ?
Apakah Diva dan Firas hilang ke tempat yang sama?
Pertanyaan ini rasanya masih akan seliweran di otak gue sampai IEP terbit. In the meanwhile, gue akan baca ulang KPBJ, Akar, dan Petir, untuk memperhatikan little tidbits lainnya yang bisa aja kelewatan. Kalau perlu, post ini akan gue tambah lagi analisisnya.
Soo, what do you think? Setuju atau tidak setuju dengan analisis di atas? Mungkin kalian punya pandangan lain? Komentar dan mari kita diskusikan!
Kommentarer