Judul: Shadow Kiss (Vampire Academy, #3) Penulis: Richelle Mead Penerbit: Razorbill Publikasi: 13 November 2008 Tebal: 443 halaman
You will lose what you value most, so treasure it while you can.
Sejauh ini, Shadow Kiss merupakan buku terbaik dari seri Vampire Academy yang udah gue baca.
Yang udah gue baca. Dan itu baru tiga buku. Hehehe. Gue masih cukup skeptis terhadap seri ini.
Dalam Shadow Kiss, Rose masih mengalami trauma akan kematian Mason di akhir buku Frostbite (yang kalau diukur dari timeline ceritanya, sekitar tiga minggu yang lalu). Akan tetapi, di semester terakhir menjelang kelulusannya dari St Vladimir's, ia tetap harus bersiap menghadapi ujian akhir buat para novice. Qualifying Exam menugaskan para novice untuk menjaga para Moroi yang dipasangkan dengan mereka dari berbagai serangan 'Strigoi' -- 'Strigoi' yang dimaksud di sini adalah para Guardian yang berpura-pura menjadi, well, Strigoi dan menyerang para Moroi ini. Ibaratkan, semacam field experience gitu. Dan sebagai novice terbaik (plus udah pernah membunuh dua Strigoi, jangan lupa), Rose excited banget untuk bisa membuktikan diri. Dia pede banget bakal dipasangkan dengan Lissa. Oleh karena itu, nggak heran dia siyok bangets ketika Lissa dipasangkan dengan Eddie, dan dirinya dipasangkan dengan....... *drum rolls*....... CHRISTIAN!
Ya udah sih, Christian ini, Rose. Tapi bukan Rose namanya kalo nggak make a scene when things don't go her way. Thankfully, anak ini udah sedikit lebih mature, disebabkan oleh kejadian traumatis di akhir buku kedua. Walaupun sambil menggerutu, ia pun setuju menjalankan tugasnya.
Namun, semester akhir Rose ini diwarnai berbagai keanehan. Tiba-tiba, ia bisa melihat arwah Mason di berbagai tempat di sekitar akademi -- bahkan di saat ia harus melaksanakan tugasnya dalam Qualifying Exam. Awalnya, Rose merasa ia hanya berhalusinasi. Akan tetapi, Mason tetap muncul, di tempat dan saat yang tak terduga.
Seakan itu belum cukup, tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa Viktor Dashkov belum dihukum. Selama beberapa bulan belakangan ini, ia hanya dipenjara sambil menunggu persidangannya, di mana Ratu Tatiana akan bertindak sebagai hakim. Rose, Lissa, dan Christian tidak diizinkan untuk turut memberi kesaksian dalam persidangan itu, yang mengundang amarah Rose dan Lissa.
Akan tetapi, nggak semuanya merupakan konflik remeh. Di akhir cerita, Rose disadarkan akan arti sesungguhnya menjadi Guardian. Ia disadarkan bahwa no one's got it all. Dia harus memilih, sahabat baiknya atau lelaki yang paling dicintainya.
EGGLYSIS
Richelle Mead steps up her game.
Berbeda dengan Frostbite, yang baru sanggup menarik perhatian gue di bagian klimaks, Shadow Kiss udah gripping sejak awal. Alurnya mengalir lebih cepat dan suasananya jauh lebih gelap. Yang paling gue suka di buku ini adalah perkembangan hubungan Christian/Rose. Nope, not romantically, you cheaters! :P Christian dan Lissa adalah OTP, end of story. Maksud gue adalah hubungan persahabatan/partnership/badassery Rose dan Christian. Ingat aksi kerja sama mereka saat disekap oleh Strigoi di klimaks Frostbite? Di Shadow Kiss, mereka benar-benar menggali potensi terdalam dan mematikan kerja sama antara Moroi dan Dhampir. Which is aweesomeee!
Yang gue suka lainnya: plot twist yang Richelle lakukan terhadap salah satu karakter di bagian klimaks. Yang nggak akan gue jelaskan lebih lanjut karena berbau spoiler. So, read and figure out! ;)
Kelemahan di buku ini, menurut gue, adalah hubungan Rose dan Dimitri. Mereka seharusnya adalah main couple di kisah ini, tapi gue nggak pernah ngerasa something special dari hubungan mereka. Gue nggak memahami apa yang bikin mereka tertarik satu dengan yang lain -- entah karena emang romance mereka dipaksakan atau Richelle yang nggak menulis romance mereka dengan baik. Beda dengan Lissa dan Christian yang langsung menarik perhatian gue dari buku pertama. Rose/Dimitri is just... meh.
Overall, Shadow Kiss...
Click here to read the review in English.
Comentarios