Judul: The Christmas Angel
Penulis: Jane Maas
Penerbit: Thomas Dunne Books
Publikasi: 2013
Tebal: 175 halaman
...a Christmas tree must always be outside, where it can look up to God.
Christmas in Wales, 1875
Buku ini adalah kejutan manis buat gue. Katakanlah hari itu gue lagi ngider-ngider di toko buku, lagi mood ngeborong. Trus mata gue nggak sengaja menangkap sampulnya yang terlihat simpel, bahkan judulnya pun nggak rumit. Berhubung di tas belanjaan gue habis masukin GRRM, Neil Gaiman, hingga Stephen King, rasanya nambah satu buku ringan nggak masalah, kan?
Sengaja gue simpen bacanya pas natalan tahun lalu. Ceritanya lintas generasi, dan panggung pertama kita adalah Wales di tahun 1875. Owen adalah seorang pekerja tambang muda yang mendapat kesempatan mengunjungi London bersama teman-temannya. Mereka menang kompetisi vocal group lokal di desa asalnya. Pertunjukan yang mereka tonton dibintangi Jessica Lavery, aktris muda yang sedang naik daun. Owen langsung jatuh hati saat menyaksikannya. Usai pertunjukan, ia berkunjung ke stage door, meminta agar diizinkan bertemu dengan Jessica. Berhubung lagi malam natal, petugasnya sedang berbaik hati. Ia mengizinkannya bertemu dengan pujaannya.
Rasanya malam itu sedang sangat berpihak pada Owen -- atau mungkin Mas Owen nih ganteng bingits jadi biarpun doi pekerja tambang dengan kalimat pujaan yang super cheesy dan bikin semriwing, si Mbak Jessica jatuh hati. Malam itu ditutup dengan dinner dan keduanya rajin bersurat-suratan sejak saat itu. Gue suka baca tidbits surat cinta mereka, sih. Kebayang jaman dulu orang tua kita kalo pacaran LDR kayak gitu. Konsep yang mungkin membingungkan bagi generasi kita yang terbiasa dengan video call.
Walau jatuh cinta, Jessica berusaha tetap realistis. Hidupnya ada di London, kota besar. Menjadi aktris. Sedangkan Owen adalah seorang family man, through and through. Hidupnya di Wales, kampung halamannya. Walaupun Owen berjanji akan mengikutinya ke mana pun ia pergi, lelaki itu juga berjanji membangun rumah bagi mereka berdua di Wales. Jessica nggak mau mereka jadi drift apart dan saling membenci satu sama lain in the long run. Jadi, walaupun perih, ia memutuskan hubungan mereka.
Padahal Owen telah selesai membangun rumah untuk mereka berdua. Bahkan pajangan Malaikat natal yang akan digantung di pohon natal mereka.
Sebelum berpisah, Owen meminta Jessica untuk menyimpan si Malaikat natal itu. Namun, di tengah kesedihannya, Jessica meninggalkan Owen dan berlari menuju panggung tempat karier dan hidupnya berada.
Selama hampir seabad kemudian, Malaikat natal itu menjadi simbol keturunan Owen Thomas. Kisah cinta tak sampainya dengan seorang Jessica Lavery pun jadi semacam legenda. Dan setiap natal, si Malaikat natal selalu tergantung di puncak pohon natal keluarga itu.
Hidup memiliki cara yang lucu untuk menjawab doa. Melalui si Malaikat ini, kita melihat mujizat natal nyata di keturunan Owen Thomas.
EGGLYSIS
PAS PERTAMA BACA GUE KIRA BASED ON A TRUE STORY DONGGG. Sebegitu meyakinkan itu narasi yang dibuat Jane Maas.
Buku ini ditulis dengan tujuan untuk bikin kita jadi sappy romantic during, and honestly I don't mind. Sempet bingung dengan kisah cinta Owen dan Jessica di awal, gue settle di konklusi kalo Mas Owen pasti ganteng nggak ada obat dan bagai berlian di tengah kawan-kawannya sesama pekerja tambang. Karena quick Google search foto pekerja tambang Inggris di tahun 1870-an memberikan hasil ini buat gue:
...atau mungkin Jessica Lavery was that lonely?
Gue cuma bisa nebak apa yang terlintas di pikiran Jessica waktu pertemuan pertama dengan Mas Owen.
Tapi di luar sedikiiiiit kejanggalan itu, kisah The Christmas Angel ini sangat maniis. Gue nggak nyangka bakalan terbawa perasaan sebegitunya. I teared up at some parts, guys! Berhubung kita bertemu dengan tiap generasi Owen Thomas, kita juga melihat tipe-tipe hubungan keluarga yang berbeda. Yang jadi favorit gue adalah Kitsey dan David, pasangan penultimate kita. Keduanya super berbeda dan gue sempet nyangka Jane Maas bakal bikin mereka berpisah. Tapi dia bikin manuver yang sungguh membuat gue lebih mengapresiasi buku ini.
Ending-nya sangat full circle -- yes, gue bahkan bisa meredam sisi cynic gue haha. Plotnya nggak njelimet, bahkan prosanya juga nggak terlalu tinggi. Kalo bisa gue deskripsikan dengan kata: manis dan menyentuh. The Christmas Angel is a pleasant surprise.
Overall, The Christmas Angel...
Comments