top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

The Fault in Our Stars


Judul: The Fault in Our Stars Penulis: John Green Penerbit: Dutton Books Publikasi: 10 Januari 2012 Tebal: 313 halaman

Maybe 'okay' will be our 'always'.

The Fault in Our Stars adalah sebuah novel young adult karya John Green yang terbit pada tahun 2012 dan merupakan novel tersuksesnya sampai saat ini. Filmnya akan rilis pertengahan tahun ini dan kalau gue lihat dari trailer-nya sepertinya cukup menjanjikan.


Mungkin belakangan ini kalian sering denger nama John Green. Dia emang lagj naik daun banget sekarang, terutama karena genre young adult termasuk genre yang cukup populer. Tapi apa sih yang membedakan dia dari penulis-penulis young adult lainnya? Well, sebagai seorang blogger Tumblr, gue bisa pastikan ke kalian kalo John Green itu... unik. Tingkahnya dan gaya ceplas-ceplosnya nyentrik -- itulah yang bikin banyak blogger Tumblr ngefans sama dia dan mengabadikan keajaibannya dalam berbagai gif dan editan lainnya. Dari segi karya? Berhubung karyanya yang gue baca baru The Fault in Our Stars, komentar gue masih terbatas di buku itu. Tapi, ya, keunikan karakter Green pun tampak di bukunya.


Pada dasarnya, The Fault in Our Stars adalah buku tentang remaja-remaja yang mengidap kanker dan sedang pulih dari kanker. Namun, alih-alih menggambarkan mereka dengan suasana melankolis dan dramatis, Green menggambarkan mereka dengan sangat hidup. Mungkin mereka sekarat, ya, mereka mengidap penyakit yang bisa dibilang mematikan, tapi itu nggak berarti mereka nggak punya selera humor, keinginan untuk punya pacar bersahabat, jatuh cinta, maupun sesimpel seperti adu main game.


Tokoh utama kita adalah Hazel Grace Lancaster dan Augustus Waters. Hazel mengidap kanker tiroid stadium 4 dan metastasis yang terbentuk di paru-parunya. Sewaktu ia sekarat, para dokter memutuskan untuk memberinya Phalanxifor, obat percobaan yang menghambat laju pembentukan kanker. Hazel selamat dan sekarang hidup dengan kanker. Penyakitnya membuat ia tak lagi masuk sekolah dan pendidikannya bahkan sudah sampai di tahapan kuliah. Namun Hazel lebih memilih untuk tinggal di rumah dan cenderung malas bergaul. Ibunya memaksanya untuk ikut perkumpulan Cancer Support Group, dan iapun menurut. Sahabat Hazel di support group, Isaac, sore itu mengajak temannya yang merupakan seorang survivor osteosarcoma (semacam kanker tulang) dan sudah 14 bulan NEC (No Evidence of Cancer), Augustus Waters. Gus, panggilan Augustus, kehilangan kaki kanannya karena kanker itu, namun itu tak membuat dirinya berubah.


Segera saja Hazel dan Gus saling tertarik satu sama lain; diawali dengan Gus yang mendeklarasikan bahwa Hazel mirip Natalie Portman di film V for Vendetta dan mengundang Hazel untuk nonton bareng film itu di rumahnya. Keduanya kemudian saling bertukar buku favorit untuk dibaca satu sama lain (buku favorit Hazel adalah An Imperial Affliction karya Peter van Houten dan buku favorit Gus adalah adaptasi dari video game favoritnya -- LUPA JUDULNYAH). Perlahan, mereka jatuh cinta -- walau maut menanti di ujung jalan.


EGGLYSIS

Oke, sampai saat ini kalian pasti tahu betapa nggak nyambungnya gue sama genre young adult. Memang ada beberapa yang bagus, tapi secara umum novel bergenre young adult pasti berfokus pada dua tokoh utama yang biasa disebut star-crossed lover. Di The Fault in Our Stars kasusnya sama -- dari awal kita langsung tahu kalau Hazel Grace dan Augustus Waters adalah star-crossed lover. Endingnya gampang banget ketebak dan plotnya juga nggak unik maupun spesial.


Lalu apa yang bikin buku ini sampai hits banget?


Cara penulisan John Green. Seperti yang gue jelaskan di atas, dia sanggup memainkan emosi pembaca dengan sangat baik sehingga walaupun ceritanya biasa aja, walaupun karakternya nggak spesial banget, tapi dia berhasil bikin kita terikat sama tiap karakter dalam level personal dan, ya, kita udah mengekspektasi akan ending yang tragis, tapi airmata tetep mengalir. Dan ini bukan cuma karena sedih; sedih dan bahagia dan lega semua bercampur jadi satu. Di saat kalian menangis, kalian pun akan tertawa. Memang John Green paling bisa.


Overall, The Fault in Our Stars...



Click here to read the review in English.




1 view0 comments

Comments


bottom of page