top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

The Last Battle (The Chronicles of Narnia, #7)


Judul: The Last Battle (The Chronicles of Narnia, #7) Penulis: C. S. Lewis Penerbit: The Bodley Head Publikasi: 4 September 1956 Tebal: 132 halaman


...now at last they were beginning Chapter One of the Great Story which no one on earth has read: which goes on for ever: in which every chapter is better than the one before.

AND FINALLY THE DHEE MANAGED TO FINISH THE CHRONICLES OF NARNIA!



The Last Battle adalah buku kedua, setelah The Horse and His Boy, yang berlokasi secara keseluruhan di Narnia. The Pevensie kids, Eustace, Jill, Diggory, dan Polly juga ada di installment terakhir ini, tapi mereka pun baru muncul pas klimaks. Tokoh utama di buku ini adalah Tirian, raja Narnia saat ini, dan unicorn-nya yang bernama Jewel.


Kisah kita dimulai di salah satu sudut hutan terpencil di Narnia. Hidup seekor kera bernama Shift yang bersahabat dengan seekor keledai bernama Puzzle. Akan tetapi, jenis persahabatan mereka patut dipertanyakan karena Shift selalu menyuruh-nyuruh Puzzle untuk melakukan apa pun yang ia minta. Puzzle, yang simple-minded, nggak pernah mengeluh karena dia merasa Shift jauh lebih pintar daripadanya sehingga wajar baginya untuk disuruh-suruh.


Pada suatu hari, keduanya menemukan kulit singa yang hanyut di air terjun. Shift mendapat ide untuk menyuruh Puzzle mengenakan kulit singa tersebut dan berpura-pura menjadi Aslan. Puzzle ketakutan. Ia tidak mau mengundang amarah Aslan. Namun, Shift beralasan bahwa Aslan sudah lama tidak terlihat di Narnia sehingga tidak akan ada yang tahu. Lagi pula, mereka toh akan melakukan hal yang baik kepada Narnia atas nama Aslan. Akhirnya, Puzzle setuju.


Cerita lalu beralih ke Tirian dan Jewel yang sedang menikmati siang yang tenang di istana. Tiba-tiba, mereka kedatangan tamu, centaur bernama Roonwit. Roonwit mengingatkan Tirian bahwa masa-masa sulit akan tiba di Narnia dan semua tidak akan berakhir dengan muda. Tak lama setelah peringatan itu, Tirian menerima laporan bahwa pohon-pohon yang bisa bicara (Talking Trees) ditebangi oleh kaum Calormen. Ketika ditanya atas perintah siapa, mereka menjawab dari Aslan. Walau sempat melawan, pada akhirnya Tirian menyerah karena ia tidak mau melawan kehendak Aslan. Ia dan Jewel pun dibawa ke hutan sebagai tawanan. Di sana, ia bertemu dengan Shift yang mengumpulkan para hewan di Narnia dan berkoar-koar bahwa ialah wakil Aslan dan Aslan murka pada Narnia. Mendengar celotehan Shift, Tirian langsung yakin bahwa mereka bukanlah wakil Aslan -- mereka penipu. Akan tetapi, ia dipukuli hingga hilang kesadaran sebelum bisa meyakinkan warga Narnia.


Di dalam tawanannya, Tirian berdoa kepada Aslan untuk dikirimkan penolong. Dan penolong itu pun datang! Dalam wujud Eustace dan Jill (yayy! I've missed Jill :') ). Menurut mereka, hanya mereka yang bisa datang karena yang lainnya sudah terlalu tua untuk bisa kembali ke Narnia. Bersama Tirian, mereka membebaskan Jewel dan mengekspos penipuan Shift ke seluruh rakyat Narnia. Namun, apa yang bisa mereka lakukan ketika rakyat Narnia memutuskan untuk tidak memercayai Aslan sama sekali?


EGGLYSIS

Kalo gue baca The Last Battle pas jaman masih kecil, pasti gue terpukau. Mungkin malah ini ending buku yang bikin gue terpukau sebelum menjejali diri sama Harry Potter dan LotR.


Berhubung gue bacanya pas umur udah lewat dua dekade gini, jadi ekspresinya agak datar. Bukan berarti buku ini nggak keren. Alegori nubuatan akhir zaman Kristiani kerasa banget dari awal, dan cara Lewis menggambarkan konflik manusia di dalamnya spot on. Ada satu karakter yang udah sangat kita kenal dari buku pertama Narnia yang mengalami nasib yang cukup tragis. Dan walau awalnya sempet bikin kening berkerut, gue coba melihat dari sudut pandang lain. It happens. Lewis menggambarkan harsh truth dan, sesuai namanya, itu sama sekali nggak menyenangkan. But it's the truth, and you gotta live with it.


In the end, yang bikin buku ini stand out adalah pengharapan. Pengharapan akan hari yang lebih baik, tempat yang lebih baik, hidup yang lebih baik... dan kepercayaan bahwa semuanya itu nggak ada di dunia kita ini. Ada dunia yang lebih baik yang menanti kita pada akhirnya.


Overall, The Last Battle...



Click here to read the review in English.



55 views0 comments

Comments


bottom of page