top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

The Horse and His Boy (The Chronicles of Narnia, #5)


Judul: The Horse and His Boy (The Chronicles of Narnia, #5) Penulis: C. S. Lewis Penerbit: Geoffrey Bles Publikasi: 6 September 1954 Tebal: 199 halaman


When things go wrong, you'll find they usually go on getting worse for some time; but when things once start going right they often go on getting better and better.

The Horse and His Boy adalah buku paling beda di seri Narnia. Biasanya, di awal cerita kita diperkenalkan dengan satu (atau lebih) tokoh yang berasal dari dunia kita, yang kemudian ditarik ke Narnia untuk misi tertentu yang ditetapkan Aslan. Di buku ini, tokoh utama kita adalah warga lokal dari dunia Narnia, walaupun nama daerahnya bukan Narnia, yang bernama Shasta.


Shasta adalah anak laki-laki dari seorang nelayan Calormen bernama Arsheesh. Mereka tidak memiliki hubungan ayah dan anak yang baik. Shasta yang memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang tinggi sering membuat Arsheesh sebal, karena biasanya ia tidak pernah bisa menjawab pertanyaan anaknya itu. Arsheesh sering memukuli Shasta dan membiarkannya makan makanan yang tidak layak, sementara ia makan enak.


Suatu hari, mereka kedatangan tamu, yaitu seorang bangsawan Calormen bernama Anradin. Saat mereka sedang makan malam, Shasta yang diusir agar tidak berkeliaran di dalam rumah menguping pembicaraan keduanya. Dari situ ia disadarkan bahwa ia bukanlah anak kandung Arsheesh, dan seumur hidupnya ia tidak pernah lebih lega lagi. Anradin kemudian mengutarakan niatnya untuk membeli Shasta dan dijadikan budak. Di saat Shasta sedang menimbang-nimbang Anradin, apakah ia lebih baik daripada Arsheesh, kuda milik Anradin tiba-tiba berbicara kepadanya. Rupanya kuda itu berasal dari Narnia, tempat hewan-hewan dapat berbicara, dan ia bernama Bree. Ia menjelaskan bahwa kondisi Shasta akan sama buruknya, jika tidak lebih, apabila ia berada di bawah kekuasaan Anradin. Keduanya pun merencanakan pelarian, dan Bree mengusulkan agar mereka mengambil arah ke utara, ke Narnia. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang gadis bangsawan Calormen bernama Aravis dan kudanya, Hwin, yang juga berasal dari Narnia dan dapat berbicara. Rupanya Aravis melarikan diri dari perjodohannya dengan Ahoshta, semacam perdana menteri di Calormen. Keempatnya pun bersama-sama menuju Narnia.


Perjalanan mereka dipenuhi kejutan. Dengan rute yang melewati Tashbaan, ibukota Calormen, mereka berhadapan dengan intrik kerajaan Narnia dan Archenland -- juga bertemu dua karakter tersayang kita, King Edmund dan Queen Susan. Bahaya apa yang mengancam mereka?


EGGLYSIS

Setelah disuguhi formula yang begitu-begitu aja dari empat buku pertama Narnia, The Horse and His Boy ibaratkan angin segar. Ada sensasi tersendiri memandang dunia ini dari sudut pandang mereka yang memang tinggal di dalamnya, dan terasa lucu ketika sosok Edmund dan Susan ditampilkan sebagai raja dan ratu yang berwibawa, dewasa, dan bijaksana.


Secara karakter, menurut gue nggak ada yang spesial. Plot twist di karakter Shasta bisa dibilang oke, walaupun predictable. Yang gue suka adalah salah satu adegan akhir antara Aravis dan Aslan. Kita diingatkan bahwa kadang, untuk kepentingan pribadi, kita rela mengorbankan orang lain yang tidak tahu apa-apa dan pada akhirnya orang itu harus menanggung hukuman demi kita. Feels great to be reminded.


Overall, The Horse and His Boy...



Click here to read the review in English.



0 views0 comments

Comentarios


bottom of page