top of page
  • Writer's pictureDelvirah Sabatini

The Shining



Judul: The Shining

Penulis: Stephen King

Penerbit: Anchor

Publikasi: January 1977

Tebal: 659 halaman



This inhuman place makes human monsters.

-- Part Three, Chapter Seventeen: The Doctor's Office




Arguably, scene paling memorable dari film The Shining karya Stanley Kubrick. Tapi tahu kah kalian kalau film itu beda seratus delapan puluh derajat dari cerita yang di buku?


Adalah Jack N̶i̶c̶h̶o̶l̶s̶o̶n̶ Torrance, seorang penulis yang melamar pekerjaan sebagai caretaker di Overlook Hotel selama musim dingin. Hotel mewah yang terletak di kawasan pegunungan ini biasanya menutup pintu dari pengunjung selama musim dingin karena cuaca yang ekstrim. Berhubung ia sedang menyusun sebuah naskah drama yang diharapkan dapat membangkitkan kembali kariernya yang mandek, Jack memutuskan bahwa menghabiskan musim dingin di lokasi terpencil bersama istri dan putra kesayangannya adalah kesempatan emas bagi inspirasi dan writing juice-nya agar lebih mengalir. Tbh, as a writer myself, I feel him on a spiritual level.


Akan tetapi, keluarga kecil Jack dibayangi masa lalu yang cukup kelam -- terutama Jack yang masih berjuang melawan alkoholismenya. Ia seorang suami yang baik dan ayah yang amat menyayangi putranya, Danny. Namun, alkohol adalah kelemahannya. Sewaktu Danny berusia 3 tahun, bocah itu bermain ke ruang kerja ayahnya dan merusak manuskrip yang sedang dikerjakan ayahnya. Jack yang sedang mabuk berat pada saat itu gelap mata dan mematahkan tangan Danny. Begitu Wendy, istrinya, menyadarkannya, ia teramat menyesali perbuatannya. Beberapa tahun kemudian, saat Jack settle down dalam pekerjaan sebagai guru di sebuah SMA lokal, ia kembali gelap mata dan memukuli seorang murid yang mengempeskan ban mobilnya. Peristiwa ini menyebabkan Jack kehilangan pekerjaan dan inilah yang mendorongnya untuk melamar posisi off-season caretaker itu.


Semua terlihat baik saat mereka tiba di Overlook Hotel. Para pengunjung satu per satu meninggalkan hotel tersebut, demikian pula para pekerjanya. Danny segera menjadi akrab dengan Dick Hallorann, seorang koki hotel yang berusia paruh baya. Dick menaruh perhatian pada Danny karena anak ini memiliki kemampuan yang menjadi kunci dari novel ini secara keseluruhan -- disebut sebagai Shine, ini semacam indera keenam dan menurut Dick, Danny memiliki Shine yang paling besar. Sebelum pergi meninggalkan hotel, ia memberi peringatan terakhir kepada Danny: berhati-hatilah, Overlook Hotel tidak setenang kelihatannya.


Sepintas lalu, tinggal sendirian di Overlook Hotel tidaklah tampak buruk. Oh, tentu saja kemampuan Shine Danny memperingatkannya akan hal-hal aneh di hotel itu. Ada beberapa lokasi yang menakutkan Danny, salah satunya kamar 217 yang Dick peringatkan untuk dijauhi. Namun, secara keseluruhan semua tampak berjalan baik. Naskah drama yang dikerjakan Jack memiliki progress yang baik. Belum lagi ketiganya memiliki waktu bersama lebih banyak. Hubungan Wendy dan Jack yang sempat renggang pun jadi lebih menghangat.


Semuanya berubah begitu puncak musim dingin menghantam. Dengan salju yang menimbun sekeliling hotel, mereka pun terputus dari dunia luar. Jack mulai termakan paranoia. Berawal dari Danny yang tak bisa menahan rasa penasarannya pada kamar 217, tidak menyadari bahwa itulah strategi Overlook Hotel yang menarget Danny karena kemampuan Shine-nya. Dengan memancing Jack yang juga masih bertarung melawan iblis lamanya, Overlook Hotel perlahan memecah kehangatan hubungan ayah dan anak ini. Wendy harus berjuang untuk mempertahankan keutuhan dan nyawa para anggota keluarganya.


Apa yang sesungguhnya terjadi di Overlook Hotel? Kenapa kamar 217 begitu berbahaya? Dan yang terpenting.... apa itu redrum?


EGGLYSIS

Gue pertama kali tahu soal The Shining dari Joey Tribbiani, dalam salah satu episode Friends. Sempet baca It sekitar akhir tahun lalu dan sama sekali nggak ketakutan, gue jadi pede dong. Dengan gagah berani, gue memutuskan untuk membeli The Shining dan membacanya dengan santai.


Boi, was I wrong.


Novel ini bisa dikategorikan dalam dua genre: novel horor paranormal atau psychological thriller -- bisa juga kombinasi keduanya. Dan sungguh gue nggak heran kalau semua orang selalu merujuk The Shining sebagai gold standard novel horor. Stephen King is at his best here.


Dari segi karakterisasi, purrrfecto. Jack Torrance digambarkan sebagai orang baik, ayah penyayang, dan suami yang menginginkan yang terbaik untuk keluarganya. Kelemahannya hanya satu: alkoholisme. Ketika mabuk, Jack seperti bukan dirinya sendiri. Dengan lihai, King menggambarkan perjuangan seseorang yang ingin menjadi ayah dan suami yang baik, hanya untuk jatuh pada godaan kejahatan Overlook Hotel. Sungguh membikin hati terpoteque-poteque. Yups, I said what I said. Kalau bukan karena pengaruh hotel sialan itu, Jack nggak akan pernah menyakiti keluarganya, apalagi mencoba membunuh. Teristimewa Danny! Suck it, Stanley Kubrick dan penggemar film penistaan itu. Sebagai pembaca, kita berharap Jack akan bangkit dan bisa mengalahkan pengaruh Overlook Hotel.


Danny is a darling, cinammon roll of a boy too pure for this world! Seriously, anak ini adorable banget dan kalo ada depan mata rasanya pengen peluk dan ngejauhin dia dari hal-hal jahat di dunia ini. Hubungannya yang sangat akrab sama ayahnya adalah highlight dari buku ini, dan gue rasa keinginan pembaca rooting for Jack to win the fight berasal dari sentimen kita yang jatuh sayang sama Danny. Dan Wendy, oh Wendy. I. Love. Her. Dia bukan karakter cewek yang cuma bisa teriak-teriak ketakutan dan lari-lari bego layaknya di kisah horor pada umumnya. Dia intelligent dan super badass. Terlebih kalo mengingat novel ini ditulis pada tahun 70-an, gue acungi jempol kepada King yang berhasil menulis karakter wanita kuat yang realistis.


Tipe horor yang diciptakan The Shining bukan jump scare, ataupun horor atmosferik pada umumnya. Bahkan kita nggak pernah ditunjukkan bentuk setannya secara langsung. Rasa takutnya lebih ke psikis. Waktu membaca buku ini, gue cenderung santai karena rasanya seperti baca psychological thriller. Nggak nakutin, dong? Nah, ketika gue memasuki bagian klimaks, kurang lebih sepertiga part terakhir buku ini, baru mulai semriwing, gaes. The fear creeps up on you unknowingly, trus tahu-tahu lo udah terjebak dan sadar, meeen ini ceritanya kok serem yha.


Dan akhirnya gue paham kenapa Joey selalu masukin The Shining ke dalam freezer. It's that scary.


Begitu menyelesaikan buku ini, gue nggak bisa tidur. Ntah kenapa. To be fair, gue emang penakut banget anaknya, tapi apa yang bikin ketakutan semalaman itu, gue nggak bisa pinpoint dengan pasti. Yang jelas, secara keseluruhan, buku ini memenuhi tujuannya dengan baik. Fleshing character-nya superb dan bisa bikin pembacanya ketakutan dari ujung kaki sampai ujung rambut. A good read for the upcoming Halloween, yanno what I'm saying. ;)


Overall, The Shining...



Click here to read the review in English.


5 views0 comments

Recent Posts

See All
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Thanks for subscribing!

© 2020 by Egg & Co. Proudly created with Wix.com

bottom of page