Judul: The Time Keeper Penulis: Mitch Albom Penerbit: Hyperion Publikasi: 4 September 2012 Tebal: 240 halaman
It is never too late or too soon. It is when it is supposed to be.
Satu lagi novel fiksi karya Mitch Albom, The Time Keeper memberikan kita pesan tentang hidup yang begitu berharga dibungkus dalam suatu kisah sederhana yang dituturkan dalam jalinan kalimat indah, hal yang menjadi ciri khas dan keahlian utama Albom. Kali ini pesan yang ingin disampaikan Albom berhubungan dengan hal yang sangat krusial sekaligus penting dalam hidup setiap orang: waktu.
Dan, let’s face it, berapa banyak dari kita yang nggak pernah komplen soal waktu?
Berabad-abad yang lalu, kembali di saat-saat dunia baru dibentuk, dimana dunia masih sepi, alam masih begitu asri, dan manusia tidak banyak jumlahnya, hidup seorang bocah laki-laki bernama Dor, yang juga adalah tokoh utama kita. Sejak kecil, Dor telah digambarkan sebagai seorang anak dengan keingintahuan yang besar. Salah satu penemuannya yang terbesar sekaligus yang paling berbahaya adalah pengukuran waktu. Telah lama ia terobsesi untuk mengukur waktu, menghitung waktu. Beranjak dewasa, ia menikahi sahabat kecilnya, Ali, dan sahabat eratnya yang lain, Nim, menjadi raja Babel. Nim meminta bantuan Dor dalam rencananya membangun menara yang “akan mencapai Surga”, namun Dor menolak. Dor dan Ali pun diasingkan. Suatu hari, mereka kedatangan tamu dan, walau Dor mengingatkannya untuk berhati-hati agar tidak tertular penyakit mereka, Ali memeluk dan berbagi makanan dengan mereka. Tak lama berselang, Ali terjangkit penyakit mematikan itu dan sekarat. Gusar, Dor berlari memanjat menara Babel yang sedang dalam proses pembangunan. Ia berniat untuk naik ke Surga dan menantang Tuhan, meminta-Nya untuk menyembuhkan Ali dan memberi mereka waktu bersama lebih lama lagi.
Lalu apa jawaban Tuhan?
Ia mengasingkan Dor ke sebuah gua. Di sana, ia tak akan bertambah tua, tak membutuhkan makan maupun minum, dan ia harus mendengar semua keluhan orang-orang tentang waktu. Waktu yang telah berani ia ukur. Waktu yang seharusnya adalah pemberian terindah Tuhan bagi manusia. Ia menjadi Father Time, atau terjemahan bebasnya, Bapa Waktu.
Setelah 6000 tahun, setelah ia merasa Dor sudah cukup belajar dari pengasingannya, Tuhan membebaskan Dor, namun dengan syarat bahwa ia harus menolong dua orang: seorang pria yang menginginkan terlalu banyak waktu dan seorang gadis menginginkan terlalu sedikit waktu.
Dan disinilah kita bertemu dengan Sarah Lemon dan Victor Delamonte. Dor akan mengajarkan kepada mereka apa yang telah ia pelajari selama 6000 tahun tentang waktu – suatu hal yang ia sendiri mulai.
EGGLYSIS
Gue bisa mengerti karakter Sarah Lemon dalam level spiritual. Gue merasakan antusiasmenya, kebahagiaannya, juga kegetiran dan kepahitannya. Buku ini datang di saat yang paling tepat dalam hidup gue, saat gue merasakan seperti apa yang Sarah rasakan. Dan sama seperti pikiran Sarah yang dibukakan oleh Dor, pikiran gue pun dibukakan.
Namun selain itu, sama seperti buku Albom yang lainnya, ada pesan yang tersimpan dalam buku ini. Dan disini kita diajak untuk, alih-alih menuntut lebih banyak waktu, lebih menghargai dan menikmati waktu yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
Dari semua buku Mitch Albom, ini adalah buku yang paling menyentuh hati gue. Jadi overall, The Time Keeper...
Click here to read the review in English.
Комментарии