top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Tuesdays with Morrie


Judul: Tuesdays with Morrie Penulis: Mitch Albom Penerbit: Doubleday Publikasi: 1997 Tebal: 192 halaman


Don't cling to things because everything is impermanent.

Tuesdays with Morrie adalah sebuah memoir mengenai profesor favorit dan kesayangan Mitch Albom semasa ia kuliah, Morrie Schwartz. Di buku ini, kita diperkenalkan kepada Schwartz yang sedang menanti ajalnya karena penyakit amyotrophic lateral sclerosis (AMS) -- enggak, gue juga nggak tahu itu penyakit apa, tapi menurut keterangan di buku penyakit ini menggerogoti tulang Morrie sehingga lama kelamaan ia akan menjadi lumpuh seluruh badan. Alih-alih terbaring lemah, Schwartz memutuskan bahwa ia akan melawan segala kelemahan yang disebabkan penyakitnya dan menyebarkan kebijaksanaan, kebahagiaan, dan semangat hidup gantinya terkulai lemah. Albom mendapat kehormatan untuk mendapat “kuliah keduanya” bersama profesor kesayangannya ini. Dan buku yang di tangan kalian? Itu adalah Tugas Akhirnya.


Albom menuliskan pelajaran yang dia dapat dari Morrie diselingi flashback akan pengalaman hidupnya. Morrie adalah profesor sosiologinya semasa kuliah. Keduanya menjadi akrab semasa kuliah; Albom yang merasa kurang cocok dengan teman-temannya menemukan sosok sahabat sekaligus mentor dalam diri Morrie yang ekspresif. Ketika lulus kuliah, Albom memberi hadiah sebagai kenang-kenangan kepada Morrie dan memperkenalkannya kepada kedua orangtuanya. Morrie menangis terharu kala menerima hadiah itu dan melepaskan murid kesayangannya dengan mengatakan ia bisa datang kapan saja. Namun, sama seperti kita semua, kehidupan nyata datang menerpa dan segala sesuatu terlupakan.


Cita-cita Albom sesungguhnya adalah menjadi pianis, tapi ia justru berakhir menjadi kolumnis olahraga sukses di Detroit Free Press. Suatu malam, saat sedang bersantai di depan TV dan mengganti-ganti channel, Albom terkejut mendapati Morrie diwawancarai dalam acara Nighttime. Ia segera menghubungi Morrie dan keduanya bernostalgia akan masa lalu. Albom berjanji mengunjungi Morrie pada hari Selasa berikutnya – pertemuan yang kemudian berlangsung rutin dan tercatat di dalam buku di tangan kalian.


EGGLYSIS

Usai membaca Tuesdays with Morrie, gue berharap punya dosen favorit yang seperti Morrie. Kedekatan Morrie dengan Albom sungguh menyentuh, dan pelajaran-pelajaran hidup (juga kematian) yang dibagikan Morrie kepada anak didiknya itu bukan hanya mengubah hidup Albom, melainkan juga semua pembacanya. Luangkan sedikit waktu kalian – nggak lama, kok, paling lama hanya 3-4 jam – untuk membaca memoir sederhana ini dan kalian akan merasa seolah telah menempuh sekolah kehidupan dalam waktu yang singkat.


That being said, dan lagi ini berhubungan dengan fakta bahwa selera buku itu subjektif, gue kurang menikmati membaca buku ini. Ironisnya, gue rasa penyebabnya adalah membacanya seakan dijejali berbagai pelajaran hidup dalam waktu yang singkat.


Mungkin memang buku ini harus dinikmati secara perlahan, halaman demi halaman. Bukan dalam one sitting.


Overall, Tuesdays with Morrie...



Click here to read the review in English.



0 views0 comments

Opmerkingen


bottom of page