top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Vampire Academy (Vampire Academy, #1)


Judul: Vampire Academy (Vampire Academy, #1) Penulis: Richelle Mead Penerbit: Razorbill Publikasi: 16 Agustus 2007 Tebal: 332 halaman


If I let myself love you, I won't throw myself in front of her. I'll throw myself in front of you.

Seperti yang bisa ditebak dari judulnya, Vampire Academy mengangkat kisah tentang, well, vampir. Tapi jangan salah, ini bukan vampir kerlap-kerlip. Di seri ini, vampirnya nggak kalah mematikan sama yang ditulis Anne Rice.


Di dunia bikinan Richelle Mead ini, ada tiga golongan vampir. Moroi, yaitu para vampir berdarah murni, keturunan bangsawan dan hidup damai bersama manusia. Dhampir, yaitu mereka yang berdarah campuran Moroi dan manusia, merupakan penjaga (Guardian) kaum Moroi. Dari siapa, mungkin kalian bertanya-tanya? Dari kaum yang ketiga, Strigoi, bisa dibilang semacam vampir zombie yang meminum bukan hanya darah manusia, melainkan juga sesama vampir.


Kelar introduction, kita masuk ke alur cerita!


Rose dan Lissa sudah dua tahun melarikan diri dari sekolah mereka, St. Vladimir's Academy -- akademi untuk para vampir. Rose merupakan seorang Guardian yang sedang dalam pelatihan dan Lissa merupakan putri Moroi. Sejak kecil keduanya bersahabat karib. Bertahun-tahun yang lalu, mereka mengalami kecelakaan mobil. Rose sekarat dan hampir mati, namun berhasil pulih. Sejak saat itu, keduanya seakan memiliki sebuah ikatan. Rose dapat mengetahui perasaan, pikiran, dan keberadaan Lissa. Mereka lari dari akademi karena merasa keselamatan Lissa terancam. Sialnya, baru juga awal cerita (walaupun udah dua tahun :P ), mereka berhasil ditangkap oleh tim Guardian yang dipimpin oleh Dimitri Belikov untuk kembali ke sekolah.


Dua tahun raib, kepopuleran Lissa sebagai putri Moroi merosot tajam -- demikian juga Rose. Dan karena buku ini bergenre young adult, tentu saja popularitas sangat penting, mate! Terasingkan dari lingkup sosial akademi, kedua cewek ini kemudian jadi dekat dengan saudara sepupu Lissa yang bernama Natalie Dashkov. Di lain pihak, Dimitri melihat adanya potensi dalam diri Rose sehingga ia memutuskan untuk melatih anak petakilan ini menjadi Guardian.


Bukan cuma Rose yang bisa hura-hura sama cowok ganteng. Lissa pun mulai akrab dengan Christian, seorang Moroi yang kontroversial karena kedua orangtuanya memutuskan untuk berubah menjadi Strigoi. Mengingat betapa berbahayanya Strigoi, tindakan orangtuanya ini membuat Christian dijauhi karena banyak yang menyangka iapun akan mengikuti jejak mereka. Mengetahui hal ini, Rose nggak senang. Menurutnya, Lissa could have done better.


Namun bukan itu masalah utamanya. Tiba-tiba saja Lissa mulai menemukan bangkai hewan di kamarnya beserta dengan surat ancaman. Siapakah pelaku di balik ini semua? Dan apakah hubungan antara Lissa dengan St. Vladimir, pendiri akademi, itu sendiri?


EGGLYSIS

Vampire Academy... yaa bolehlah.


Plot dan karakterisasinya cukup standard di genrenya. Ada Rose yang sassy, trus Dimitri yang cool dan bikin dugdugserr, juga Lissa yang manis. Karakterisasi tokoh-tokoh remajanya spot on; dialog Rose menyenangkan buat dibaca, persahabatan dua tokoh utamanya pun terasa manis. Di bagian klimaks, plot twist-nya termasuk oke karena nggak ketebak tapi masih masuk akal. Sayangnya, susunan adegan yang building up ke klimaks kurang terasa pas. Terasa missed. Tapi boleh lah buat yang pengen refreshing dan baca fantasy yang nggak terlalu berat.


Overall, Vampire Academy...


Click here to read the review in English.



1 view0 comments

Comments


bottom of page