top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Veronika Decides to Die


Judul: Veronika Decides to Die Penulis: Paulo Coelho Penerbit: HarperCollins Publikasi: 1998 Tebal: 210 halaman


Insanity is the inability to communicate your ideas. It's as if you were in a foreign country, able to see and understand everything that's going on around you but incapable of explaining what you need to know or of being helped, because you don't understand the language they speak there. We've all felt that. And all of us, one way or another, are insane.

Gue tertarik baca Veronika Decides to Die karena pernah baca suatu interview Paulo Coelho dimana dia bilang kalo novel ini terinspirasi dari pengalaman pribadinya. Jadi begini, dari kecil Coelho udah bercita-cita jadi penulis, tapi ditentang sama orangtuanya karena menurut mereka itu profesi nggak jelas dan nggak menjamin masa depan. Waktu dia ngotot, orangtuanya mengirim dia ke mental hospital dengan harapan bahwa cita-citanya akan pudar. Untungnya itu nggak terjadi dan sampai sekarang kita masih bisa menikmati hasil karya Coelho. Ketika ditanya wartawan tentang orangtuanya dan pengalaman masa lalunya itu, jawabannya bikin terharu.

It wasn't that they wanted to hurt me, but they didn't know what to do... They did not do that to destroy me, they did that to save me.


Anyway, kembali ke buku ini. Tokoh utama kita bernama Veronika, seorang wanita berusia 24 tahun dari Slovenia yang cantik dan, kalau dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk sukses untuk umurnya. Hidupnya seakan berjalan dengan baik. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Veronika merasa hampa. Setiap hari ia bangun untuk menjalani aktivitas dan rutinitas yang sama. Ia tidak melakukan apapun yang layak dikenang di dunia. Semuanya kosong; hampa. Iapun memutuskan untuk bunuh diri. Pada suatu sore di apartemennya, Veronika berbaring di tempat tidurnya dan menenggak banyak pil tidur. Sambil menunggu pil-pil itu bereaksi, ia memutuskan untuk membaca majalah. Salah satu artikel di majalah itu memancingnya untuk menulis surat yang menjustifikasi tindakannya. Tak lama kemudian, pil-pil itu bekerja dan ia tak sadarkan diri.


Di luar harapannya, ia terbangun di sebuah rumah sakit jiwa. Seorang dokter menghampirinya dan mengatakan bahwa ia hanya punya beberapa hari untuk hidup. Di rumah sakit itu, Veronika bertemu dengan sesama pasien yang mempengaruhi hidupnya dan yang hidupnya dipengaruhi olehnya. Perlahan, justru di saat hidupnya hanya tinggal hitungan hari, Veronika menyadari betapa indahnya hidupnya sesungguhnya jika ia mau untuk menghargai setiap detiknya.


EGGLYSIS

Kali ini yang jadi tema utama novel ini adalah hidup. Veronika, sebagai karakter utama kita, memiliki pandangan yang cukup skeptis dan pesimis terhadap hidup secara keseluruhan. Ia melihat hidupnya hanyalah merupakan suatu rutinitas, pengulangan kegiatan yang itu-itu saja. Rasanya tidak ada yang pantas untuk diperjuangkan dalam hidupnya. Tidak ada kontribusi yang ia buat di dunia ini. Semua itu menuntunnya pada suatu pertanyaan yang juga menjadi kesimpulannya: untuk apa hidup?


Dan disinilah kita semua diajak untuk ikut berpikir. Melalui Veronika, Coelho mengajak kita untuk merenungi hidup kita. Apa kita setuju dengan semua alasan Veronika? Apakah demikian juga hidup yang kita lalui berjalan? Lalu, setujukah kita dengan kesimpulannya? Jika tidak, untuk apa kita semua tetap hidup?


Ketika Veronika menemukan kembali arti kehidupan dari pengalamannya di rumah sakit jiwa, demikian juga Coelho memperkenalkan kita kembali kepada makna hidup yang sesungguhnya. Justru dengan mengamati mereka yang jiwanya sakit, Veronika diajak untuk menemukan tujuannya yang sebenarnya.


Lagipula, bukankah mereka yang kita anggap gila adalah mereka yang paling menikmati hidup?


Overall, Veronika Decides to Die...



Click here to read the review in English.



0 views0 comments

コメント


bottom of page