top of page
Writer's pictureDelvirah Sabatini

Will Grayson, Will Grayson


Judul: Will Grayson, Will Grayson Penulis: John Green & David Levithan Penerbit: Dutton Juvenile Publikasi: 6 April 2010 Tebal: 310 halaman


when things break, it's not the actual breaking that prevents them from getting back together again. it's because a little piece gets lost -- the two remaining ends couldn't fit together even if they wanted to. the whole shape has changed.

--Chapter 12


Reaksi pertama gue pas lihat cover buku ini: "Laah, kok penulisnya ada dua? Kirain John Green doang."

Yang dilanjutkan dengan, "David Levithan tuh siapa, ya?"


Muaap yak para penggemar David Levithan. Ini either gue yang kurang berkecimpung di dunia young adult atau emang buku-bukunya David Levithan nggak terlalu heboh di Indonesia, tapi pertama kali gue denger nama penulis ini adalah ketika lihat cover Will Grayson, Will Grayson ini.



Gambar di atas adalah dua Will Grayson yang menjadi narator buku ini. Simpelnya, yang sebelah kiri tuh Will Grayson-nya David Levithan (yang akan gue refer sebagai Will #2) dan yang sebelah kanan adalah Will Grayson-nya John Green (yang akan gue refer sebagai Will #1). Kutipannya adalah esensi karakter masing-masing. Dan, honestly? I have nothing to fault with them.


Will #1 adalah cowok nerd yang sangat kuper dan lingkup sosialisasinya hanya berkutat pada sahabatnya sejak kecil, Tiny Cooper. Nama sesungguhnya bukan Tiny, obviously, tapi nggak pernah disebutin juga sih sama Papa Nerdfighter. Huft. Aanyway, berlawanan dengan panggilan sayangnya, Tiny dalam berbagai hal sama sekali nggak tiny. He's HUGE. And very, very, very, very gay. And proud of it. Tiny memproklamasikan kehomoseksualitasannya ke seluruh sekolah dan tetep jadi siswa paling populer tanpa ada satupun yang berani nge-bully dia. Ooh, dan dia juga menulis sebuah drama musikal berjudul Tiny Dancer. According to Will #1, dia nggak pernah berpikir kalau musikal itu gay. Tapi Tiny Cooper berhasil membuat Tiny Dancer menjadi drama musikal yang very, very, very, very gay. Mungkin ini salah satu alasan kenapa gue cinta banget sama Tiny. <3


Will #2 adalah cowok antisosial yang memiliki masalah depresi. He's a hard guy. Kalo Will #1 adalah tipikal cowok nerd yang adorable and just needs the right lady, Will #2 adalah karakter yang jauh lebih kompleks. Di satu pihak, lo bersimpati akan masalah depresi yang dihadapinya. Akan tetapi, di lain pihak, lo nggak setuju sama caranya memperlakukan orang-orang di sekitarnya. Like, I know you have problems dude, but do you have to be that way? Selama beberapa chapter awal gue cukup berjuang membaca POV-nya. Tapi begitu klik, yang bikin heran gue justru jadi lebih appreciate Will #2 daripada Will #1.


Nah, dua orang yang seakan tinggal dalam dunia yang sangat berbeda ini pada suatu malam dipertemukan dalam keadaan yang nearly impossible. Dan pertemuan mereka akan mengubah jalan hidup dan cara pandang mereka akan kehidupan. Lucunya, semuanya jadi possible karena karakter yang paling gue sayang di buku ini -- Tiny Cooper.


EGGLYSIS

Yang lucu dari buku ini adalah, walaupun tokoh utamanya adalah Will #1 dan Will #2, tapi center stage-nya dipegang oleh Tiny Cooper. No kidding. Dia tuh kayak mastermind di balik kehidupan kedua Will.


Awalnya gue pesimis banget sama buku ini. Alasan pertama simpel, karena ini proyek kolaborasi. As a writer myself, gue paham betapa sulitnya berkolaborasi untuk menulis satu karya. Menulis itu jenis art yang paling mirip dengan melukis, IMO. Lebih gampang dikerjain sendiri daripada rame-rame.


Akan tetapi, kepesimisan itu pun akhirnya punah begitu masuk pertengahan buku ini. Why? Karena David Levithan dan John Green saling melengkapi satu sama lain. Karakter David Levithan yang kompleks dilengkapi oleh humor satir John Green. In all honesty, gue rasa novel ini nggak akan sekeren ini andaikan David dan John memutuskan untuk nggak berkolaborasi. Either novel ini akan terlalu dark and depressing, atau jadi sekadar one of those typical John's novels.


Overall, Will Grayson, Will Grayson...



Click here to read the review in English.



1 view0 comments

Commenti


bottom of page